Jumat, 17 Mei 2013

Biosel-DNA mitokondria


DNA Mitokondria


Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul DNA merupakan rantai polinukleotida berbentuk heliks ganda yang mempunyai beberapa jenis basa purin dan pirimidin (Poedjiadi dan Supriyanti., 2007). DNA terdapat di dalam inti sel dan mitokondria. DNA mitokondria (mtDNA) manusia terletak di dalam matriks semi cair bagian paling dalam mitokondria. mtDNA manusia berupa untai ganda berbentuk sirkuler yang memiliki urutan lengkap nukleotida sepanjang 16.569 pasang basa (pb). Molekul mtDNA terdiri dari untai heavy (H) dan untai light (L) (Anderson, et al., 1981). Pada untai H terdapat lebih banyak basa purin daripada basa pirimidin, sehingga lebih berat dibandingkan untai L. mtDNA manusia ditemukan telah diwariskan secara maternal dari ibu (Denaro, et al., 1981). mtDNA memiliki laju mutasi yang sangat tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menentukan keragaman genetik antar individu dalam suatu populasi, hubungan evolusi diantara populasi dan rekonstruksi migrasi suatu populasi.

Pewarisan sifat DNA mitokondria dilakukan secara maternal (mengikuti garis keturunan ibu) dan tidak ada rekombinasi. Ngili (2005) menyatakan dalam artikelnya bahwa hanya sel telur yang membawa mitokondria ketika melebur dengan sperma pada proses pembuahan. Sel telur memiliki 100.000 mitokondria, sedangkan sperma hanya 50-100 di ekor sperma. Ekor sperma merupakan alat gerak yang membutuhkan energy tinggi dari mitokondria. Hal ini disebabkan oleh pada saat akan terjadi fertilisasi, mitokondria sperma yang berada pada bagian ekor sperma tidak dapat masuk bersama dengan kepala sperma menembus membran ovum. Akibatnya mitokondria sperma tertinggal di luar ovum dan tidak diwariskan kepada individu yang terbentuk akibat hasil pembuahan kelak. Menurut sumber lain menyatakan bahwa DNA mitokondria diwariskan hanya dari ibu, sedangkan DNA inti dari kedua orang tua (dari DNA ayah dan ibu).  Hal ini terjadi karena saat pembuahan, sel sperma hanya berfusi  materi DNA  saja, sedangkan bagian-bagian sel sperma yang lain tidak berfusi,  sehingga DNA mitokondria pada anak hanya dari ibu. Selain itu, penelitian terbaru mengemukakan adanya ubiquitinasi pada mitokondria sperma. Ubiquitinasi bertujuan merangsang proteolisis mitokondria sperma yang lolos menembus membran sel ovum. Penyebaran dan jumlah mitokondria di dalam tiap sel tidak sama dari hanya satu hingga beberapa ribu. Pada sel sperma, mitokondria tampak berderet-deret pada bagian ekor yang digunakan untuk bergerak. Beberapa mitokondria dari sel sperma yang mungkin masuk dalam sel telur akan mengalami pengenceran selama proses mitosis sehingga jumlahnya menjadi tidak berarti atau dianggap sebagai benda asing sehingga dihancurkan oleh sistem sel. DNA mitokondria berbeda dengan DNA inti walaupun keduanya berada dalam satu sel. mtDNA memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi yang ditandai dengan laju mutasi yang tinggi, yaitu sekitar 10-17 kali DNA inti. Hal ini disebabkan mtDNA tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien, tidak memiliki protein histon, dan terletak berdekatan dengan membran dalam mitokondria yang merupakan tempat berlangsungnya reaksi fosforilasi oksidatif menghasilkan radikal oksigen sebagai produk sampingnya. Selain itu, enzim DNA polimerase yang dimiliki oleh mitokondria adalah DNA polymerase yang tidak mempunyai aktivitas proofreading yaitu perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi mtDNA. Tidak adanya aktivitas ini menyebabkan mtDNA tidak memiliki sistem perbaikan yang dapat menghilangkan kesalahan replikasi, sehingga menyebabkan mutasi. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal. Dengan perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu dengan individu yang lain.
Oleh sebab itu DNA mitokondria bersifat haploid karena hanya berasal dari ibu.  Stop kodon pada mtDNA berbeda dengan DNA inti, salah satu bentuk keunikan lainnya dari mitokondria adalah perbedaan kode genetik mitokondria menunjukkan perbedaan dalam hal pengenalan kodon universal. UGA tidak dibaca sebagai “berhenti” (stop) melainkan sebagai tryptofan. AGA dan AGG tidak dibaca sebagai arginin melainkan sebagai “berhenti”, AUA dibaca sebagai methionin (Anderson.et al., 1981).  DNA mitokondria mempunyai daerah yang tidak mengode dari mtDNA. Daerah ini mengandung daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan daerah beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya sangat bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol karena mempunyai origin of replication untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi untuk untai H dan L (PL dan PH) (Anderson et al., 1981). Selain itu, daerah non-coding juga mengandung tiga daerah yang disebut dengan conserved sequence block (CSB) I, II, III. Daerah ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi mtDNA.

Keunggulan mtDNA
DNA mitokondria (mtDNA) telah digunakan dalam bidang forensik dan menjadi barang bukti di pengadilan Amerika dan Eropa. Kelebihan utama penggunaan mtDNA adalah jumlah molekulnya yang mencapai ribuan dalam satu
sel sehingga memungkinkan dilakukan analisis dari sampel yang sangat sedikit, misalnya cairan tubuh, akar atau batang rambut bahkan tulang dan fosil tulang.
Kelemahan penggunaan mtDNA
Kelemahan penggunaan mtDNA adalah kemungkinan menemukan kesamaan antar individu yang relatif tinggi, terutama individu yang terkait hubungan keluarga segaris ibu. Kelemahan ini jadi menguntungkan bila yang dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga.

Perunutan hubungan keluarga dengan mtDNA didasarkan pada pola pewarisan maternal yang haploid dan hipervariabilitas daerah D-loop. Secara teknis D-loop dibagi dalam dua daerah hipervariabel yaitu HV1 (15.971 – 16.414)
dan HV2 (15 – 389). Individu yang terkait hubungan maternal akan memiliki urutan sekuen yang sama dan yang tidak terkait hubungan maternal ini akan berbeda.
Terdapat kemungkinan dua individu yang tidak memiliki catatan hubungan maternal akan memiliki sekuen dengan urutan basa yang sama. Bila silsilah keluarga hanya diketahui beberapa generasi keatas, sementara kecepatan mutasi adalah satu titik dalam 33 generasi maka kemungkinan terjadinya kasus homologi dua individu yang merasa tidak memiliki hubungan maternal relatif tinggi. Hal ini menyebabkan mtDNA tidak dapat menjadi alat bukti tunggal atau yang utama dalam pengadilan.
Pengenalan dengan susunan geligi membutuhkan catatan dari dokter gigi yang kadang tidak dimiliki oleh korban. mtDNA dipilih karena jumlah molekulnya yang sangat banyak dalam tiap sel, sehingga sekalipun sampel dalam keadaan yang buruk tetapi kemungkinan keberhasilan amplifikasi akan lebih tinggi dibanding DNA inti. Sebernarnya masih banyak lagi
aplikasi dari mtDNA dalam berbagai bidang, namun perlu dukungan dana memadai untuk penelitiannya.

SUMBER PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar