BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam
setiap reaksi kehidupan terjadi ribuan reaksi kimia yang berbeda-beda. Hampir
semua reaksi biokimia ini dikatalisis oleh suatu protein khusus yaitu enzim.
Enzim adalah suatu molekul protein yang besar, terlipat dalam suatu lipatan
yang sedemikian rupa hingga kelompok asam amino tertentu akan membentuk sisi
aktif dan merupakan katalisator biologi sehingga mampu mengkatalisis reaksi
kimia pada kondisi yang tidak ekstrim. Hampir semua reaksi kimia kehidupan
berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan katalis yang lebih
khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau senyawa anorganik lainya
yang dapat diserap tumbuhan dari tanah. Kerja enzim sangat
spesifik sehingga dapat dihindari terbentuknya senyawa ikatan yang bersifat
toksik. Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun
sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen
metabolismenya. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan
reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti
hidrogen peroksida (H2O2).
Suatu enzim
peka terhadap perubahan lingkungan sehingga pengendalian tersebut memungkinkan
tumbuhan hidup pada iklim yang berbeda. Kebanyakan enzim memerlukan kofaktor
untuk aktifitasnya yang kadang-kadang berupa ion sederhana seperti kation Mg
atau Na atau kadang-kadang berupa molekul organik selain protein. Kecepatan
suatu reaksi enzimitas juga ditentukan oleh kadar enzim maupun kadar substrat.
Oleh karena itu dilakukan pengamatan terhadap pengaruh kecepatan enzim terhadap
kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
yang dapat diambil adalah bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Enzim
adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi dan ikut beraksi di
dalamnya sedangkan pada saat akhir proses enzim akan melepaskan diri seolah –
olah tidak ikut bereaksi dalam proses tersebut serta strukturnya tidak berubah
baik sebelum dan sesudah reaksi. Enzim merupakan reaksi atau proses kimia yang
berlangsung dengan baik dalam tubuh makhluk hidup karena adanya katalis yang
mampu mempercepat reaksi. Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal
menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator
anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan
produk sampingan yang beracun. Enzim berbeda dengan katalisator, namun enzim
berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator berfungsi untuk mempercepat
reaksi yang dapat digunakan berulang-ulang, sedangkan enzim bersifat spesifik
yaitu dalam satu reaksi saja. Pada awalnya, enzim dikenal sebagai protein yang
telah berhasil mengisolasi urease dari tumbuhan kara pedang (Sumner: 1926).
Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Kemudian
Northrop dan Kunits dapat mengisolasi pepsin, tripsin, dan kinotripsin. Sehingga
makin banyak enzim yang dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim
tersebut ialah protein.
Secara
kimia, enzim yang lengkap (holoenzim)
tersusun atas 2 bagian yaitu terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang
tersusun atas protein, bersifat labil ( mudah berubah) yang dipengaruhi oleh
suhu dan keasaman. Gugus prostetik (gugusan aktif) adalah bagian enzim yang
tersusun atas bahan non protein. Molekul
gugus prostetik lebih kecil dan tahan panas (termostabil). Gugus
prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan
organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik). Ion-ion logam merupakan kofaktor yang berperan sebagai
stabilisator agar enzim tetap aktif. Koenzim yang terkenal pada rantai
pengangkutan elektron (respirasi sel), yaitu NAD (Nikotinamid Adenin
Dinukleotida), FAD (Flavin Adenin Dinukleotida).
Tumbuhan mengahasilkan
senyawa metabolit sekunder yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari
serangan serangga, bakteri, jamur dan jenis patogen lainnya serta tumbuhan itu
mampu menghasilkan vitamin untuk kepentingan tumbuhan itu sendiri serta hormon
– hormon yang merupakan sarana bagi tumbuhan untuk berkomunikasi antara
organnya atau jaringannya dalam mengendalikan dan mengkoordinasi pertumbuhan
dan perkembangannya. Sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan – lintasan
metabolik yang dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan
reaksi tersebut dengan cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang
sesuai dan tepat pada saat dibutuhkan. Katalisator inilah yang disebut denagn
enzim yang mampu mempercepat laju reaksi yang berkisar antara 108 sampai 1020. Setiap
enzim terbentuk dari molekul protein sebagai komponen utama penyusunnya dan beberapa
enzim hanya terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan
komponen lain.
Sifat-sifat
enzim adalah sebagai berikut:
1. Biokatalisator, yaitu enzim
mempercepat laju reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.
2 .Termolabil, yaitu
enzim mudah rusak bila dipanaskan sampai dengan suhu tertentu.
3. Merupakan senyawa protein
4. Bekerja secara spesifik.Satu jenis enzim bekerja
secara khusus hanya pada satu jenis substrat. Misalnya enzim katalase
menguraikan Hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2),
sedangkan enzim lipase menguraikan lemak + air menjadi gliserol + asam lemak.
(Gustama. B, blogspot.com)
Salah satu sifat
penting enzim adalah kekhasannya. Maksudnya, setiap enzim bertindak pada satu
substrat tunggal atau suatu kelompok kecil senyawa sejenis yang mempunyai gugus
fungsi yang identik yang dapat melakukan reaksi. Pada beberapa enzim, kekhasan ini
bersifat mutlak, tetapi pada enzim lainnya terdapat perbedaan dalam
kemampuannya mengubah senyawa sejenis menjadi produk.
Molekul selalu bergerak
dan bertumbukan satu sama lain. Jika suau molekul substrat menumbuk molekul
enzim yangtepat maka akan menempel pada enzim. Tempat menempelnya molekul
substrat pada enzim disebut dengan sisi aktif.
Ada dua teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim yaitu:
Ada dua teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim yaitu:
1. Teori kunci dan gembok.
Teori
ini diusulkan oleh Emil Fischer pada 1894. Menurut teori ini, enzim bekerja
sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk geometri komplemen yang
sama persis sehingga bisa saling melekat. (Gustama.
B, blogspot.com) Enzim memiliki sisi aktif yang sangat spesifik, sehingga
hanya substrat tertentu saja yang dapat menjadi substrat bagii enzim. Hal itu
menyebabkan enzim bersifat spesifik. Di dalam kompleks atau gabungan enzim dan
substrat, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah
bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
2 . Teori ketepatan induksi (Induced
fit)
Teori
ini diusulkan oleh Daniel Koshland pada 1958. Menurut teori ini, enzim tidak
merupakan struktur yang spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi
aktif enzim hanya menyerupai substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif
enzim, sisi aktif enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat. (Gustama. B, blogspot.com) Menurut teori
ini Fleksibilitas protein juga dipertimbangkan, sehingga
pengikatan suatu substrat pada enzim menyebabkan sisi aktif enzim mengubah
konformasinya akibatnya cocok dengan substrat.
Jika
struktur enzim berubah sehingga substrat
tidak dapat lagi terikat dengannya, maka aktifitas katalisisnya akan hilang,
atau yang biasa disebut dengan denaturaasi enzim. Suhu tinggi dengan mudah
memutuskan ikatan hidrogen dan sering menyebabkan denaturasi tak-terbalikkan.
Pemanasan yang ekstrem menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen baru antara
rantai polipeptida atau antar bagian dari rantai yang sama, dan ikatan tersebut
demikian mantap sehingga tidak mudah putus.Bila enzim dalam keadaan kering, mereka
lebih tidak peka terhadap denaturasi oleh panas daripada bila basah. Ini
merupakan alasan mengapa biji kering tahan terhadap suhu tinggi. Setiap
enzim terbentuk dari molekul protein sebagai komponen utama penyusunnya dan beberapa
enzim hanya terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan
komponen lain. Protein lainnya seperti Sitokrom yang membawa elektron pada
fotosintesis dan respirasi tidak pula dapat digolongkan sebagai enzim. Selain
itu, protein yang terdapat dalam biji juga lebih berperan sebagai bahan
cadangan untuk digunakan dalam proses perkecambahan biji. Protein hanya
terbentuk dari satu ikatan poloipeptida yang menggumpal membentuk suatu
struktur yang bulat atau sperikal, contohnya ribonuklease. Setiap rantai
polipeptida atau molekul protein secara sponstan akan membentuk konfigurasi
dengan energi bebas terendah. Dalam sitisol sel, asam amino lebih bersifat
hidrofobik yang akan mengumpul pada bagian dalam, sedang pada permukaan molekul
protein atau enzim asan amino bersifat hidrofilik.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzimatik antara lain:
Ä Konsentrasi enzim dan substrat.
Katalisis hanya terjadi jika enzim dan substrat membentuk
kompleks sementara. Laju reaksi tergantung pada jumlah benturan keduanya.
Ketika substrat cukup tersedia, kelipatan dua konsentrasi enzim menyebabkan
peningkatan laju reaksi dua kali lipat. Dengan penambahan lebih banyak lagi
enzim, laju mulai konstan karena substrat menjadi terbatas.
Ä pH.
Agar dapar berfungsi biasanya enzim memiliki pH optimum.
pH yang ekstrem biasanya berakibat denaturasi. Saat denaturasi, pH dapat
mempengaruhi laju reaksi paling tidak melalui dua cara. Pertama, aktivitas
enzim sering bergantung pada adanya gugus karboksil dan gugus amino bebas.
Kedua, gugus tersebut dapat bermuatan atau tidak, bergantung pada enzimnya,
tetapi hanya satu bentuk yang dianggap efektif pada keadaan tertentu.
Ä Suhu.
Pertumbuhan dan reproduksi organisme sangat beragam pada
suu berlaainan. Pada spesies tertentu hal ini mungkin bergantung pada suhu
optimum bagi kerja enzim tertentu yang mengendalikan reaksi pembatas laju
pertumbuhan. Jika suhu naik di atas nilai tertentu, laju reaksi mulai turun
karena terjadi denaturasi enzim. Pada suhu di atas 350C atau 400C,
denaturasi sebagian besar enzim tumbuhan berlangsung sangat cepat, sehingga
pada suhu tinggi tidak ada katalis yang efektif untuk menurunkan energi
pengaktifan, dan tidak tersedia cukup substrat yang mempunyai energi memadai
untuk berreaksi tanpa katalis.
Ä Produk reaksi.
Laju reaksi enzimatik dapat dtentukan dengan mengukur
kecepatan hilangnya substrat atau kecepatan munculnya produk, atau keduanya.
Penurunan laju ini kadang disebabkan oleh denaturasi enzim selama reaksi
diamati. Salah satu faktor penting adalah penurunan terus menerus konsentrasi
substrat dan adanya penimbunan produk. Sejalan dengan penimbunan produk,
konsentrasinya kadang-kadang menjadi cukup tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya terbalikan.
Ä Senyawa penghambat
Banyak senyawa asing dapat menghalangi efek katalitik
enzim. Sebagian senyawa itu anorganik dan sebagian lagi organik. Penghambat
asing biasanya memiliki struktur serupa dengan substrat sehingga mampu bersaing
memperebutkan sisi aktif enzim. Bila kombinasi enzim dan penghambat terbentuk,
konsentrasi molekul enzim yang efektif berkurang, dan ini menurunkan laju
reaksi.
Dalam proses penguraian amilum, enzim alfa dan beta amilase merupakan enzim yang
utama dan banyak ditemukan dalam tubuh tumbuhan serta berperan dalam proses
mobilisasi karbohidrat. Enzim amilase merupakan enzim hidrolisis yang
mengkatalis proses penambahan air terhadap ikatan alfa 1,4 glikosida. Secara
umum penguraian amilum menjadi glukosa dapat digambarkan sebagai berikut :
Amilum
Maltosa
Glukosa


Enzim beta amilase menyebabkan terurainya
amilosa menjadi maltosa. Cara penguraiannya adalah dimulai dari ujung non
reduksi pada molekul amilosa dan setiap penguraian akan dihasilkan 1 molekul
maltosa sampai seluruh molekul amilosa habis terurai. Jika jumlah molekul
glukosa yang menyusun amilosa genap, akan diperoleh hasil penguraian amilosa
seluruhnya berupa maltosa. Tetapi jika glukosa yang menyusun maltosa gajil,
akan diperoleh hasil berupa campuran antara maltosa dan 1 molekul maltotriosa.
Hasil paling sederhana dari pengurain amilum
oleh enzim amilase adalah gula yang terdiri dari dua molekul glukosa, yaitu
maltosa. Maltosa adalah bentuk gula yang tidak mudah digunakan oleh tumbuhan.
Oleh sebab itu, maltosa harus dipecah lagi menjadi gula yang mudah dipakai oleh
tumbuhan untuk menghasilkan energi, yaitu glukosa. Untuk mengubah maltosa
menjadi glukosa diperlukan enzim maltase.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Kegiatan praktikum pengaruh kadar enzim terhadap
kecepatan reaksi pengubahan amilum bersifat kegiatan eksperimen. Karena pada
penelitian ini memiliki ciri-ciri eksperimen, yaitu terdapat variabel kontrol,
variabel manipulasi, dan variabel respon.
B. Variabel-Variabel
Penelitian
§ Variabel
manipulasi : kadar enzim
§ Variabel
respon : kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa
§ Variabel
kontrol : volume larutan amilum, konsentrasi
amilum, volume
larutan enzim, volume larutan fosfat sitrat buffer, kecepatan sentrifuge dan
waktu sentrifuge, jumlah tetesan KI-I2, dan selang waktu penetesan
KI-I2.
C.
Alat dan Bahan
Alat
1. Mortar
dan penumbuk porselin 1
buah
2. Tabung
reaksi 8
buah
3. Gelas
ukur 10 ml 1
buah
4. Centrifuge
(pemusing) 1
buah
5. Cawan
tetes 1
buah
6.
Lampu
spirtus dan pegangan tabung 1 buah
7. Pipet
tetes 4
buah
8. Tabung reaksi sentrifuse 2 buah
9. Lampu
spirtus 1
buah
Bahan
1. Kecambah kacang hijau umur 2 hari 30
gram
2.
Larutan Amilum 1 %
3.
Aquades
4.
Larutan KI-I
dan larutan fosfat sitrat buffer pH= 5,6 :10 ml


D.
Langkah Kerja
1. Buang
kulit biji kecambah kacang hijau
2. Tumbuk
30 gram kecambah kacang hijau dan tambahkan 30 ml larutan buffer fosfat sitrat
sampai kecambah hancur.
3. Masukkan
ke dalam tabung reaksi sentrifuge dan pussing sampai 5 menit dengan kecepatan 5
rpm.
4. Ambil cairan bagian atas (supernatan) dan masukkan ke
dalam tabung reaksi. Cairan ini dianggap sebagai larutan
enzim 100%.
5. Buat
enzim dengan kadar 0%, 25%, 50% dari enzim yang berkadar 100% dengan cara
sebagai berikut: kadar enzim 50% diperoleh dengan cara mengambil 5 ml enzim
100% dan tambahkan aquades sampai volumnya menjadi 10 ml; kadar enzim 25%
dengan cara mengambil 5ml enzim 50% dan tambahkan aquades sampai volumenya 10
ml; kadar enzim 0% diperoleh dengan cara memanaskan 5 ml enzim 100% sampai
mendidih.
6. Sediakan
tabung reaksi lalu mengisinya 5 ml larutan enzim 100% ditambahkan 2 ml larutan
amilum 2%. Catat waktunya. Kocok perlahan sampai larutan tercampur benar. Saat
mencampur larutan amilum dan enzim 100% ditetapkan sebagai saat nol.
7. Setiap
2 menit diambil 1 tetes campuran lalu diuji dengan satu tetes larutan KI-I
pada cawan
tetes.

8. Catat
waktu setiap perubahan warna yang terjadi pada cawan tetes.
9. Lakukan langkah ke-6 sampai ke-8 untuk kadar enzim 50%,
25%, dan 0%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel4.1: Pengaruh
Waktu Terhadap Perubahan Amilum
Waktu (menit) |
Perubahan Warna Amilum Menjadi Glukosa
|
|||
100%
|
50%
|
25%
|
0%
|
|
2
|
Biru Ungu
+ + + +
|
Biru Ungu
+ + +
|
Biru Ungu
+ + + + +
|
Biru
+ + +
+
|
4
|
Biru Ungu
+ + +
|
Biru Ungu
+ +
|
Biru Ungu
+ + + +
|
Biru
+ + + +
|
6
|
Biru Ungu
+ +
|
Biru Ungu
+
|
Biru Ungu
+ + +
|
Biru
+ + + +
|
8
|
Biru Ungu
+
|
Biru
+ + + +
|
Biru Ungu
+ +
|
Biru
+ + + +
|
10
|
Biru
+ +
|
Biru
+ + +
|
Biru Ungu
+
|
Biru
+ + + +
|
12
|
Biru Ungu
+
|
Biru
+ +
|
Biru
+ + + + +
|
Biru
+ + + +
|
14
|
Kuning
|
Biru
+
|
Biru
+ + + + +
|
Biru
+ + + +
|
16
|
|
Kuning
|
Biru
+ + + +
|
Biru
+ + + +
|
18
|
|
|
Biru
+ + +
|
Biru
+ + + +
|
20
|
|
|
Biru
+ +
|
Biru
+ + + +
|
22
|
|
|
Biru
+
|
Biru
+ + + +
|
24
|
|
|
Kuning
|
Biru
+ + + +
|
26
|
|
|
|
Biru
+ + + +
|
|

Grafik 4.1: Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan
Reaksi
B. Analisis Data
Dari data yang diperoleh dari
percobaan, dapat diketahui bahwa pada kadar enzim amilase 100% reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa ternyata membutuhkan waktu yang paling cepat
jika dibandingkan dengan kadar enzim yang lain ( 0%, 25%, 50% ). Waktu yang
dibutuhkan tersebut adalah 14 menit atau pada 2 menit ke 7. Hal ini dapat dibuktikan dengan berubahnya warna
larutan amilum yang asalnya biru keunguan menjadi kuning. Pada kadar enzim
amylase 50% kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada kadar enzim
amylase 100%, yakni 16 menit atau 2 menit ke 8. Untuk enzim amylase dengan kadar 25% membutuhkan waktu yang
paling lama agar amilum berubah menjadi glukosa, yakni 24 menit atau 2 menit ke
12. Pada kadar enzim amylase
0% tidak terjadi reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa. Hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya perubahan warna yang terjadi pada larutan amilum (kepekatan warna yang sama) meskipun sudah mencapai 2 menit ke 12 (24 menit), sehingga pada percobaan ini dibutuhkan waktu
yang paling lama.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa
konsentrasi enzim mempengaruhi reaksi
kimia, yaitu reaksi pengubahan larutan amilum menjadi glukosa. Semakin tinggi
konsentrasi suatu enzim maka semakin cepat kerja enzim dalam mengkatalisis
reaksi kimia (pengubahan larutan amilum menjadi glukosa), sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengkatalisis suatu reaksi kimia juga semakin cepat. Hal
ini karena sifat enzim yang merupakan biokatalisator. Dapat mempercepat reaksi
kimia dengan menurunkan energy aktivasi. Semakin tinggi konsentrasi enzim dalam konsentrasi substrat tertentu yang
tetap, maka kerja enzim semakin cepat
dalam mengkatalisis substrat
tersebut. Hal ini dapat dibuktikan pada konsentrasi enzim amilase 100% kecepatan reaksi sebesar
7,14. Ini membutuhkan waktu paling cepat bila dibandingkan dengan
konsentrasi dibawahnya dalam mengubah amilum menjadi glukosa yaitu selama 14
menit. Namun kecepatan reaksi semakin lambat seiring dengan menurunnya
konsentrasi enzim amilase. Pada konsentrasi enzim amilase 50%, enzim amilase
membutuhkan waktu yang lebih lama yakni 16 menit untuk mengubah amilum menjadi
glukosa. Dalam hal ini kecepatan reaksi semakin menurun, yaitu 3,12. Waktu yang paling lama untuk mengubah
amilum menjadi glukosa adalah 24 menit,
yakni ketika enzim amilase mempunyai kadar 25%. Dengan kadar enzim
yang rendah ini kecepatan reaksi
enzim sebesar 1,04 dalam mengkatalisis suatu reaksi kimia paling lambat.
Pada enzim amilase dengan kadar 0% dibuat
dengan memanaskan larutan dengan konsentrasi enzim 100%, sehingga tidak
terjadi pengubahan amilum menjadi glukosa. Pemanasan yang dilakukan dapat merusak enzim (denaturasi) yang
akhirnya enzim tersebut tidak dapat bekerja dan fungsi proteinnya hilang. Proses denaturasi enzim terjadi ketika
ada pemutusan ikatan hidrogen dan proses ini tidak dapat balik. Selain itu pula
terbentuk ikatan-ikatan kovalen baru antara rantai-rantai polipeptida atau
antara bagian rantai yang sama dan ikatan-ikatan ini sangat stabil. Sehingga tidak
mungkin terjadi perubahan warna dari hitam menjadi putih keruh karena rusaknya
enzim..
Dalam praktikum digunakan larutan KI-I2
sebagai indikator adanya amilum dalam suatu larutan. Perubahan warna larutan pada konsentrasi amilase 25%, 50%, dan
100% yang mula-mula berwarna putih menjadi biru keunguan sampai
akhirnya menunjukkan warna kuning yang terjadi secara bertahap setelah ditetesi larutan KI-I2. Masing-masing perubahan warna ini menandakan adanya proses
pengubahan amilum menjadi maltosa (disakarida) dan hingga menjadi senyawa
terakhir yaitu glukosa (monosakarida) yang ditunjukkan oleh warna kuning. Enzim yang berperan dalam pengubahan
amilum ini adalah enzim
dan
. Enzim amilase merupakan enzim hidrolisis yang mengkatalisis proses
penambahan air terhadap ikatan alfa 1,4 glikosida. Dalam proses hidrolisis
amilum terjadi melalui beberapa tahap yaitu pembentukan amilo dekstrin dan
terakhir menjadi maltosa. Maltosa merupakan senyawa yang terdiri atas 2 molekul
glukosa yang saling berikatan. Jika warna biru tersebut setelah ditetesi
KI-I2 selama beberapa waktu masih nampak, berarti masih
terdapat amilum yang belum dipecah menjadi glukosa ,dimana warna biru merupakan indikasi reaksi
antara iodine dengan amilum.


D. Diskusi
1. Warna
dari tes KI-I
pada larutan
amilum terhadap enzim dengan kadar 100% diperoleh warna awal adalah biru
keunguan, dimana warna biru keunguan merupakan indikasi reaksi antara iodine
dengan amilum. Pada saat tersebut enzim amilase
baru mulai bekerja yang
selanjutnya sampai pada 2
menit ke-7 diperoleh hasil akhir berwarna
kuning yang merupakan warna KI-I2, hal ini
disebabkan karena semua amilum sudah dipecah oleh enzim amilase menjadi glukosa.

2. Enzim
amilase memiliki pH optimum yakni antara 5,6 – 7,2. larutan fosfat sitrat
buffer mempunyai pH 5,6. Dengan demikian
larutan fosfat sitrat buffer berfungsi sebagai larutan penyangga yang
menjaga agar pH enzim amilase agar tidak berubah atau tetap 5,6 , sehingga
kerja enzim amilase dalam mengubah amilum menjadi glukosa menjadi optimal serta menjaga kondisi agar tidak terlalu
basa.
3. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi kerja enzim antara lain :
Konsentrasi
substrat, Konsentrasi
enzim, Konsentrasi produk, Temperatur atau suhu, pH, Konsentrasi ion hydrogen, dan
Waktu.
BAB V
SIMPULAN
Dari percobaan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum ini, dapat
disimpulkan:
1. Semakin
tinggi kadar enzim amilase maka semakin cepat reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa
2. Semakin
tinggi kadar enzim amilase maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
amilum menjadi glucosa, dan
3. Kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa berbanding lurus terhadap konsentrasi enzim amilase.
DAFTAR PUSTAKA
Isnawati. 2009. Biokimia. Surabaya: Unipress
Lehninger, Albert. L.
1997. Dasar-Dasar Biokima. Jakarta :
Erlangga.
Rahayu, yuni sri, dkk. 2009. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya Unipress.
Salisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: ITB Bandung.
http//:www.arcturusarancione.wordpress.com/.../pengaruh-ph-terhadap- aktivitas-enzim-katalase/ Diakses
tanggal 9 Maret 2011
http//:www.billygustama.blogspot.com/.../enzim-dan-respirasi-pada- tumbuhan.html/ Diakses tanggal 9
Maret 2011
http//:www.asnani-biology.blogspot.com/.../pertumbuhan-dan- perkembangan.html/ Diakses tanggal 9
Maret 2011
http//:www.scribd.com › School
Work › Essays & Theses
Diakses
tanggal 9 Maret 2011
http//:www.pdf.kq5.org/doc/macam-enzim-pada-tumbuhan/
Diakses
tanggal 9 Maret 2011
LAMPIRAN
Perhitungan laju reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa :
1.
0% => 


2.
25% => 


3.
50 % =>



4.
100% = >


Kadar
enzim
(%)
|
Laju
reaksi
(per
menit)
|
0
25
50
100
|
0
1,04
3,12
7,14
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar