BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan ialah hasil interaksi antara faktor luar dengan faktor dalam.
Interaksi tersebut menghasilkan tumbuhan yang berbeda satu dengan yang lainnya,
baik dalam hal ukuran batang, jenis batang, jenis perbungaan dan sebagainya. Faktor internal meliputi sifat genetik
yang terdapat di dalam gen dan hormon
yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
lingkungan.
Hormon ialah zat
pertumbuhan yang mutlak dimiliki oleh tumbuhan dalam melakukan aktifitas
kehidupannya. Hormon tumbuhan ialah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu
bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, pada konsentrasi rendah menyebabkan dampak fisiologis. Peran hormon merangsang
pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel dan ada yang menghambat
pertumbuhan. Hormon pada
tumbuhan sangat beragam dan mempengaruhi penampakan tubuh tumbuhan sebagai
hasil dari aktivitasnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka
akan dilakukan percobaan yang membandingkan berbagai macam jenis hormon
pertumbuhan terhadap pemanjangan
suatu jaringan tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat
dirumuskan suatu masalah, yaitu bagaimana pengaruh berbagai hormon (AIA, NAA, 2,4 D) dan akuades dalam
pemanjangan jaringan akar dan batang
pada kecambah jagung umur 5 hari ?
C. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai hormon (AIA, NAA, 2,4 D) dan akuades dalam
pemanjangan jaringan akar dan batang
pada kecambah jagung umur 5 hari ?
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Tumbuh
merupakan proses perubahan secara kuantitatif yang sifatnya irreversible dan
berlangsung selama perkembangan suatu organisme terjadi parameter perubahan
dapat diukur dalam suatu jumlah, ukuran, volume dan berat. Salah satu factor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormone
tumbuhan. (Rahayu dan Lukas, 2011).
Hormon merupakan suatu senyawa
organik yang apabila dalam jumlah kecil dapat merangsang pertumbuhan sedangkan
bila dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan. Dalam pengertian lain,
didapatkan bahwa hormon merupakan senyawa organik organik yang disintesis di
salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain dan pada konsentrasi
yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Hormon tumbuhan dihasilkan dalam
konsentrasi yang sangat kecil, tetapi hormon dalam jumlah yang sangat sedikit
saja bisa berdampak sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ
tumbuhan. Suatu hormon bisa bekerja dengan cara mengubah ekspresi gen,
mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan cara mengubah ciri dan
sifat-sifat membran. Salah satu dari kerja ini dapat mengarahkan kembali
metabolisme dan perkembangan dari suatu sel yang merespon sejumlah kecil molekul
hormon. Beberapa hormon yang berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut:
A.
Auksin
Auksin ialah hormon pertumbuhan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan akar. Seorang mahasiswa pascasarjana (Belanda, 1926) yang bernama Frits
Went meneliti adanya auksin pada suatu tumbuhan, dengan cara melacak melalui
suatu pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada
sisi yang ditempeli potongan agar. Auksin yang ditemukan oleh Went tersebut,
kini diketahui sebagai IAA (asam indolasetat) yang dianggap sebagai auksin
alami. Perkembangan auksin mengikuti suatu deret Mohr dengan arah yang
berbanding terbalik terhadap sitokinin. Pada perkembangan selanjutnya terdapat
beberapa senyawa tertentu yang juga dapat menimbulkan banyak respon fisiologis
seperti yang ditimbulkan oleh IAA dan biasanya senyawa itu dianggap auksin
juga. Tempat sintesis utama
auksin pada tanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas ujung tersebut
diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan sel batang. IAA mendorong pemanjangan sel batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu
0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel
batang. Pengaruh fisiologis auksin terhadap tumbuhan antara lain
terlihat pada pemanjangan sel, tunas ketiak, absisi daun, aktivitas kambiuk,
tumbuh akar. (wikipedia/auksin)
B.
Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan oleh
seorang ilmuwan jepang yang bernama E. Kurosawa saat mempelajari penyakit pada
tanaman padi akibat jamur Gibberella
fujikuroi. Giberelin dikenal dengan istilah GA yang mempunyai 80 macam,
dimana yang paling efektif dan stabil serta yang paling banyak digunakan adalah
GA1, GA3 dan GA4, sedangkan GA29 merupakan GA yang tidak
aktif. GA3 merupakan Giberelin yang diproduksi dan diangkut secara
bebas. Pengangkutannya mengikuti jalur sintesis Asam Mevalonat dengan
prekusornya adalah IPP. GA3 merupakan Geberelin aktif yang dapat
mempengaruhi plastisitas dinding sel dengan gennya berupa Le dan le, apabla GA3
meningkat, maka kloroplas akan terbentuk dengan bagus. Efek giberelin untuk mendorong perpanjangan batang dan terlibat dalam proses
regulasi perkembangan tumbuhan.
Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi
tunas-tunas serta biji (wikipedia/giberelin)
C.
Sitokinin
Sitokinin
ditemukan oleh F. Skoog yang berasal dari DNA hewan (6 furfuril 1-aminopurin).
Sitokinin mempunyai ciri khas yang ditandai dengan adanya senyawa purin.
Sitokinin diproduksi di akar tanaman dan diangkut secara akropetal atau non
polar. Sitokonin merupakan hormon yang mendorong pembelahan
(sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal :
kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya
merupakan sitokinin sintetik.
Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada
akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut
oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Fungsi utama sitokinin adalah merangsang
pembelahan sel akibat pengaruh perangsangan sitokinin terhadap pembentukan RNA
dan enzim yang seringkali terganggu. Sitokinin juga dapat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan serta merangsang tumbuhan untuk membentuk ”crown gall” (wikipedia/sitokinin)
D.
Asam Absisat (ABA)
Asam absisat ditemukan oleh
seorang berkebangsaan Inggris yang bernama P.F. Wareing dan F.T. Addicot
(berkebangsaan Amerika), jalur sintesis ABA mengikuti Asam mevalonat dengan
prekursor utama berupa IPP. Fungsi utama ABA dalam tumbuhan adalah menyebabkan
menutupnya stomata jika terjadi stress. Keuntungan hormon ABA, antara lain:
·
memberikan ketahanan pada biji tanaman pantai.
·
Membuat dinding biji menjadi kuat/kebal terhadap NaCl, sehingga tidak
terjadi plasmolisis.
·
Mempercepat pematangan embrional.
E.
Etilen (C2H4)
Etilen diproduksi pada daun dalam
berbentuk gas. Etilen dapat merangsang proses penuaan dan pematangan pada buah.
Etilen mempunyai jalur sintesis metionin dengan prekursor berupa asam amino
metionin. Pembentukan etilen karena adanya rangsangan berupa luka yang dapat
menghambat perpanjangan batang, tetapi etilen merangsang pernggemukan batang.
Semakin meningkat suhu, maka etilen akan naik yang dapat mengakibatkan banyak
daun yang gugur (wikipedia/etilen)
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah eksperimental karena dilakukan percobaan untuk menjawab
rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan
yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol.
B. Variabel percobaan
Variabel yang digunakan dalam
melekukan percobaan ini antara lain :
Ä Variabel kontrol:
Ø Kecambah
jagung umur 5 hari
Ä Variabel manipulasi:
Ø Jenis
larutan (AIA, 2,4 D, NAA dan akuades)
Ä Variabel respon:
Ø Pertambahan panjang akar dan batang
C. Alat dan Bahan
Ä Alat
1. Cawan petri, namun jumlah tidak mencukupi
maka menggunakan tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Silet
tajam
4. Penggaris
5. Penutup tabung reaksi (plastik)
Ä Bahan
1. Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat
potongan koleoptil dan akar primer dengan panjang 5 mm diukur dengan jarak 2 mm
dari kotiledon
2. Larutan
AIA, 2,4 D, NAA dan akuades.
D. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan kemudian memotong koleoptil dan akar primer, untuk tiap-tiap
perlakuan sebanyak 5 potongan. Mengisi dua buah tabung reaksi dengan larutan
AIA 1 ppm sebanyak 10 ml, kemudian merendam potongan jaringan akar dan batang
pada tabung rekasi yang berbeda, kemudian menutup tabung reaksi menggunakan
plastik. Melakukan hal yang sama untuk laruta 2,4 D, NAA dan air suling. Tabung
reaksi dibiarkan selama 48 jam. Setelah itu dilakukan pengukuran kembali
terhadap potongan-potongan jaringan tersebut menggunakan penggaris yang sama (untuk
menghindari ketidak akuratan data). Mencatat hasil poengamatan dan memasukkannya
dalam tabel pengamatan. Membuat
histogram yang menyatakan hubungan antara jenis hormon terhadap pertambahan
panjang jaringan akar dan batang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1. Pengaruh berbagai hormon dan akuades terhadap panjang jaringan akar dan koleoptil kecambah jagung.
Jenis hormon
|
Panjang akar primer
|
Rata-rata
pertambahan panjang (mm)
|
Panjang koleoptil
|
Rata-rata
pertambahan panjang (mm)
|
||
Awal (mm)
|
Akhir (mm)
|
Awal (mm)
|
Akhir (mm)
|
|||
2,4 D
|
5
5
5
5
5
|
6
7
6
5
5
|
0,8
|
5
5
5
5
5
|
11
9
5
6
7
|
2,6
|
NAA
|
5
5
5
5
5
|
6
6
6
6
6
|
1,0
|
5
5
5
5
5
|
11
5
5
8
6
|
2,0
|
AIA
|
5
5
5
5
5
|
6
6
6
7
6
|
1,2
|
5
5
5
5
5
|
6
10
6
5
7
|
1,8
|
Air Suling
|
5
5
5
5
5
|
5
6
6
6
5
|
0,6
|
5
5
5
5
5
|
5
8
5
5
10
|
1,6
|
Histogram pengaruh berbagai hormone
terhadap pemanjangan jaringan akar dan koleoptil kecambah jagung

Histogram 4.1. Pengaruh berbagai hormon terhadap pertambahan panjang jaringan akar primer kecambah jagung

Histogram 4.2. Pengaruh berbagai hormon terhadap pertambahan panjang jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung
B. ANALISIS
Pada praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil:
1.
Pada jaringan akar :
Untuk hormon AIA diperoleh rata-rata pertambahan panjang paling besar yaitu 2,1
mm, sedangkan hormon NAA sebesar 1,0 mm, hormon 2,4 D 0,8 mm, dan untuk akuades adalah 0,6 mm. Berdasarkan
histogram, pengaruh berbagai
macam hormon terhadap pemanjangan jaringan akar kecambah jagung dapat diketahui bahwa jenis 2,4 D memiliki
rata-rata pemanjangan jaringan yang paling besar
dibandingkan yang lain. Hormone AIA memiliki rata-rata pemanjangan yang
paling kecil dibandingkan
yang lain, sedangkan hormon NAA dan
akuades juga menghasilkan pemanjangan jaringan akar pada kecambah jagung.
2.
Pada
jaringan koleoptil:
Untuk hormon 2,4 D diperoleh rata-rata pertambahan panjang
paling besar yaitu 2,6 mm, sedangkan hormone NAA diperoleh 2,0 mm, hormone IAA
1,8 mm dan akuades diperoleh pertambahan panjang 1,6 mm Berdasarkan histogram
pengaruh berbagai macam hormone terhadap pemanjangan jaringan koleoptil
kecambah jagung dapat diketahui bahwa jenis 2,4 D memiliki rata-rata pemanjangan
jaringan yang paling tinggi dibandingkan yang lain. Hormone NAA dan AIA juga
mempengaruhi pemanjangan jaringan akar jagung dan aquades juga mempengaruhi
pemanjangan jaringan akar.
D. PEMBAHASAN
Pada jaringan akar kandungan auksin lebih
rendah dibandingkan pada jaringan koleoptil. Hal ini karena secara alami auksin
diproduksi pada jaringan meristematik ujung koleoptil yang kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh tumbuhan untuk aktifitasnya. Pada akar,
aktifitas pemanjangan tidak terlalu ekstrim dibandingkan dengan aktifitas
pemanjangan pada jaringan koleoptil. Pemberian auksin jenis AIA membantu
aktifitas pemanjangan jaringan akar. Sedangkan pada penambahan 2,4 D dan NAA
justru menghambat aktifitas pemanjangan jaringan akar. Pada perlakuan pemberian
dengan aquades aktifitas pemanjangan sel tetap berlangsung. Hal ini disebabkan
karena adanya auksin yang secara alami telah didistribusikan ke jaringan akar
untuk pemanjangan jaringan. Rata-rata pemanjangan jaringan yang ditambahkan AIA
lebih tinggi dibanding dengan pemberian aquades sebagai kelompok kontrol. Pada
penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat pemanjangan, karena nilai rata-rata
pemanjangan jaringan tersebut lebih rendah dibanding kelompok kontrol yang
hanya diberi dengan aquades.
Pada koleoptil penambahan hormon auksin
(AIA) akan memacu pemanjangan jaringan. Secara kimia, IAA sama dengan asam
amino triptofan. Beberapa senyawa
yang disintesis dapat menimbulkan respon fisiologi seperti AIA, dianggap
sebagai auksin yang termasuk kedalam kelompok ini adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) yang fungsinya jika diletakkan dalam jaringan meristematik
adalah seperti cara kerja auksin. Secara alami, auksin diproduksi oleh jaringan
meristematik yang ada pada pucuk. Kebutuhan auksin tanaman harus berada pada
kisaran tertentu yang optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Penambahan auksin
dalam jumlah yang besar justru mengakibatkan metabolisme sel-sel dalam jaringan
menjadi kacau. Pada jaringan koleoptil yang diberi AIA, jaringan bertambah
panjang tetapi tidak sepanjang yang diberi perlakuan dengan 2,4 D dan dengan
NAA. Pada jaringan koleoptil yang diberi perlakuan dengan air suling
menunjukkan adanya pertambahan panjang. Hal ini dijadikan kelompok kontrol
dimana objek tidak diberi perlakuan sebagaimana yang lain. Jaringan koleoptil
akan tetap melakukan aktifitas pemanjangan sel meskipun tidak diberi auksin.
Hal ini karena pada koleoptil sudah memproduksi auksin secara alami. Oleh
karena itu aktifitas pemanjangan sel akan tetap berlangsung. Sedangkan
penambahan AIA justru mengakibatkan terhambatnya aktifitas pemanjangan secara
normal yang dikarenakan terlalu banyaknya AIA dalam tubuh jaringan. Sedangkan
penambahan 2,4 D dan NAA membantu meningkatkan aktifitas pemanjangan sel-sel
pada jaringan koleoptil.
Berbagai
jenis hormon berpengaruh terhadap pemanjangan sel. Jenis hormon tertentu sangat
spesifik terhadap suatu jaringan tumbuhan. Pemanjangan jaringan pada akar akan
dipengaruhi oleh hormon yang berbeda dengan hormon yang berpengaruh pada
pemanjangan koleoptil. Berdasarkan hasil pengamatan serta analisis yang telah
kami lakukan, didapatkan bahwa pada jaringan koleoptil, hormon 2,4 D
mempengaruhi aktifitas pemanjangan jaringan yang sangat cepat, sedangkan pada
jaringan akar jenis hormon AIA yang yang paling cepat mempengaruhi pemanjangan
jaringannya. Pengaruh hormon tidak sama pada jaringan yang berbeda.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
percobaan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis hormon berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan baik pada
jaringan akar kecambah maupun pemanjangan jaringan koleoptil dan masing-masing
jenis hormon bekerja spesifik terhadap pemanjangan jaringan tertentu. Jenis
hormon yang optimum terhadap jaringan koleoptil berbeda dengan jenis hormon
yang optimum terhadap jaringan akar kecambah jagung.
B. Saran
Praktikum yang berjudul
pengaruh hormon terhadap pemanjangan jaringan dilakukan pengukuran terhadap
pertambahan jaringan tumbuhan, sebaiknya
dalam pengukuran panjang awal dan panjang akhir digunakan alat ukur
(penggaris) yang sama untuk menjaga keakutratan data yang diperoleh.
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan hormon two four D 100ml untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
BalasHapus