PREPARAT
IRISAN
a.
Tujuan
Praktikum:
1.
Mengetahui bagaimana cara membuat preparat
dengan menggunakan metode paraffin.
2.
Mengetahui bentuk-bentuk mikroanatomi irisan
melintang akar, batang, dan daun tanaman.
3.
Mengetahui bentuk-bentuk mikroanatomi dan
histology irisan melintang usus ayam.
b.
Alat
dan Bahan:
Parafin
Tumbuhan
1. Mikrotum
2. Thermostat
3. Kaca
benda
4. Cover
glass
5. Hitter
6. Pipet
7. Spesimen
daun kangkung
8. Batang
kangkung
9. Akar
bayam
10.
Kapas
11.
Balok kayu 1,53 cm
12.
Larutan fiksatif (Formalin-aceto-alkohol)
13.
Alkohol 70% :
As. Asetat Glasial : Formalin: 90
: 5
: 5
14.
Alkohol 60%
15.
Alkohol 70%
16.
Alkohol 80%
17.
Alkohol 95%
18.
Alkohol absolut
19.
Aquades
20.
Alkohol-xilol perbandingan 1: 3
; 1: 1 ; 3:
1
21.
Xilol murni
22.
Xilol- parafin
1: 9
23.
Parafin murni
24.
Safranin Alkoholik 1%
25.
Fastgreen
26.
Perekat Mayer (albumin dan gliserin ditambah
sedikit kristal phenol)
27.
Entellan
Parafin
Hewan
1. Organ usus ayam
2. Kaca benda
3. kaca penutup
4. pipet
5. Alkohol absolute
6. Alkohol 95%
7. alkohol 90%
8. alkohol 80%
9. Alkohol 70%
10. alkohol 60%
11. Alkohol 50%
12. alkohol 40%
13. Alkohol 30%
14. Hematoksilin
15. E o s i n
16. Campuran alcohol : xilol = 3:1
17. Campuran alcohol : xilol = 1:1
18. Campuran alcohol : xilol = 1:3
19. Meyer
20. Albumin
21. Mikrotom
22. Oven
23. gelas kimia
24. hitter
25. paraffin
26. entelan
27. Balok kayu 1,53 cm
28. Tisu
c.
Prosedur
Kerja:
Parafin
Tumbuhan
1.
Merendam
spesimen dalam larutan fiksatif selama 24 jam
2. Melakukan
dehidratasi dengan :





Alcohol
96%
3. Melakukan
dealkoholisasi dengan :







4.
Campuran
xilol-parafin dibuang lalu diganti dengan parafin murni dalam suhu 570C
selama 24 jam
5. Membuat
balok parafin dengan specimen di dalam paraffin
6. Membuat
irisan specimen dengan mikrotum ketebalan 8 mikronmeter
7. Irisan
direkatkan pada kaca benda yang telah diolesi perekat Mayer
8. Meletakkan
dalam thermostat suhu 450C sampai pita parafin meregang
9. Tahap
pewarnaan
10. Berturut-
turut kaca benda berisi specimen ditetesi dengan :




Alkohol : xilol 1:
1

Alkohol : Xilol 3:1
![]() |











Alkohol 95%


![]() |







Xilol
kedua
11. Irisan
ditutup dengan kaca penutup yang telah ditetesi dengan entellan
12. Preparat
dikeringkan dalam thermostat 450C
Parafin Hewan
1.
2.
3. Melakukan p
4.
Fiksatif dibuang dan berturut-turut diganti dengan
Alkohol 50%
Alkohol 50%
Alkohol 70%
Alkohol 95%
Alkohol 100%
5.
Melakukan dealkoholisasi.
Alkohol dibuang, berturut-turut diganti dengan
Campuran Alkohol : xilol = 3:1
Campuran Alkohol : xilol = 1:1
Campuran Alkohol : xilol = 1:3
Xilol Pertama
Xilol kedua.
Campuran xilol : paraffin = 1:9 disimpan selama 24 jam dengan suhu
57oC
6.
Melakukan infiltrasi
Campuran xilol-parafin dibuang, diganti dengan
paraffin murni dalam suhu 57oC
7. Parafin dibuang, diganti yang baru
8. Membuat blok/balok paraffin
9. Membuat irisan dengan mikrotum dengan ketebalan 8 mikronmeter.
10. Mengiris balok paraffin dan direkatkan pada kaca benda yang telah diolesi perekat Mayer (Gliserin-Albumin).
11. Meletakkan irisan dalam thermostat dengan suhu 45oC sampai pita paraffin meregang.
12.
Deparafinisasi
Xilol : Alkohol = 3 : 1
Xilol : Alkohol = 1 : 1
Xilol : Alkohol = 1 : 3
Akohol absolute
13. Pewarnaan
Pewarnaan ganda dengan Hematoksilin dan Eosin.
Berturut-turut kaca benda ditetesi dengan:
14.
Alkohol absolute
Alkohol 95%
alkohol 90%
alkohol 80%
Alkohol 70%
alkohol 60%
Alkohol 50%
alkohol 40%
Alkohol 30%
Hematoksilin
Alkohol 30%
Alkohol 50%
Alkohol 70%
Alkohol 95%
E o s i n
Alkohol absolute
Alkohol absolute
Campuran alcohol : xilol = 3:1
Campuran alcohol : xilol = 1:1
Campuran alcohol : xilol = 1:3
Xilol pertama
Xilol kedua
15. Irisan ditutup dengan kaca penutup yang telah ditetesi dengan entellan.
16. Preparat dikeringkan dalam thermostat dengan suhu 45oC
d.
Hasil
Praktikum:
Parafin
Daun Kangkung


![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|

|
|||||
![]() |
|||||
|
|||||
|

![]() |
|||||
|
|||||
|
|||||

|
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
|


![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|
|

|
||||
|

|
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
|
e.
Analisis
Dalam
membuat preparat paraffin pertama-tama yang dilakukan adalah fiksasi. Yaitu
dengan cara memotong spesimen menjadi bagian kecil-kecil (1cm) lalu fiksasi
dalam selama 24 jam, FAA sebagai larutan fiksatif yang digunakan untuk menjaga
sel dalam waktu tertentu atau tidak terbatas dan tanpa mengalami kerusakan.
Tahap selanjutnya yaitu pencucian dan dehidratasi, yaitu larutan fiksatif
dibuang dan diganti dengan menggunakan alkohol berseri (Alkohol 70%, alkohol
80%, Alkohol 95%, Alkohol 96% masing-masing selama 30 menit. Dehidrasi
berfungsi untuk membuat preparasi permanen, sehingga ketika dipotong tidak
rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Alkohol digunakan karena
alkohol bersifat menarik air sehingga jaringan mengkerut dan mengeras.
Selanjutnya dilakukian dealkoholisasi, yaitu alkohol
dibuang dan secara berturut-turut diganti campuran alkohol : xilol = 3:1,
campuran alkohol : xilol = 1:1, campuran alkohol : xilol = 1:3, xilol pertama,
xilol kedua masing-masing selama 30 menit. Kemudian pada campuran xilol
: parafin = 1:9 dengan suhu 570 C selama 24 jam. Setelah itu diganti dengan
parafin murni yang dilakukan oven 57 oC selama 24 jam. Infiltrasi merupakan
tahapan untuk mengganti jaringan yang telah terdehidrasi ke media embedding,
selama proses infiltrasi berlangsung ruang intraseluler diisi oleh parafin,
sehingga akan membantu untuk mendapatkan potongan yang halus tanpa kerusakan
pada mikrotom.
Tahap
selanjutnya dilakukan penyelubungan
dengan membuang paraffin lama dan menggantinya dengan yang baru dan dibentuk
menjadi blok. Kemudian mengiris mengggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan 8
µm, trimming dilakukan untuk merapikan tepi-tepi parafin menjadi bentuk piramid
dengan tujuan agar lebih kuat untuk dilakukan pemotongan, irisan diambil dengan
pinset kemudian diletakkan pada obyek glass kemudian dilakukan pewarnaan ganda
dengan safranin 1% dalam alkohol 70% dan fastgreen dalam alkohol absolut
seperti prosedur di atas. Setelah selesai dilakukan pewarnaan kemudian slide
ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan coverslip, entelan digunakan untuk
melakukan mounting dan untuk merekatkan.
f.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pembuatan preparat Daun Kangkung struktur yang
teramati tampak jelas pada bagian tuloang daun sehingga terlihat berkas
pembuluh xylem dan floemnya. Sedangkan pada bagian lamina kurang begitu jelas,
sel-selnya terlihat tertumpuk sehingga terlihat padat dan gelap karena
pewarnaan fastgreen. Hal ini terjadi
karena pada saat pengirisan dimungkinkan lamina daun kangkung terlalu tipis
sehingga saat pengirisan bersamaan dengan tulang daun, bagian lamina ini
teriris lebih tebal disbanding dengan tulang daunnya. Pada awal pemberian entelan pada preparat
muncul gelembung yang kecil-kecil dan cukup banyak. Hal ini dikarenakan pada
saat pompa vakum terjadi kesalahan sehingga ruang pada specimen terisi oleh
udara. Fiksasi yang kurang baik karena tidak menggunakan eksikator yang sudah
dipasang selang vacuum sehingga larutan fiksatif sulit untuk dapat masuk ke
dalam jaringan. Hal ini akan berpengaruh besar pada tahapan-tahapan
selanjutnya.
Pada hasil preparat paraffin Batang Kangkung kurang bagus, sel yang teramati terlihat tebal, struktur
lingkaran batang kangkung tidak bulat seperti saat masih segar, dan terdapat
rongga udara, namun dapat terlihat berkas pembuluhnya yaitu xylem dan floem.. Sedang
pada batang bayam sel-sel juga terlihat tertumpuk dan tebal. Hal ini terjadi karena struktur batang kangkung
sendiri yang lunak sehingga ketika diselubungi dengan paraffin, batang ini
menjadi tertekan dan berubah bentuk. Sel yang teramati terlihat tebal mungkin
saat pengirisan kurang tipis sehingga sel bertumpuk-tumpuk. Timbulnya gelembung
karena pada saat merekatkan dengan enthellan kurang pejetan sehingga masih ada
gelembungnya.
Pada hasil preparat paraffin Akar Bayam sel-sel terlihat jelas,
sel-sel terlihat tebal, namun berkas pembuluh dapat terlihat jelas. Hal
tersebut dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
Penyelubungan tidak menggunakan perbandingan parafin lunak :
parafin keras yaitu 3:1 dengan titik
cair pada parafin lunak 480 C dan pada parafin keras 580 C. Karena keterbatasan
menyebabkan penyelubungan hanya menggunakan parafin keras dengan titik cair
yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan spesimen sulit untuk dilakukan pengirisan
pada mikrotom. Spesimen menjadi sangat keras, sehingga saat diiris dengan
mikrotom menjadi hancur dan spesimen
keluar dari blok paraffin. Pada waktu mengiris spesimen sering terjadi
kerusakan terutama pada specimen akar, sehingga kebanyakan yang jadi adalah
specimen batang. Sedikitnya waktu mengakibatkan hanya satu jenis prepatat
irisan yang dapat dibuat, yaitu batang. Pawa waktu mengiris blok juga tidak
begitu melekat dengan gagang kayu, sehingga mudah patah.
Pada preparat hewan, hasilnya terlihat tipis, terlihat
bagian-bagian yang jelas seperti sel mukosa, muskularis, dan serosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar