BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari
lingkungannya. Nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
terdiri dari unsur hara makro dan unsur mikro. Unsur hara makro diperlukan tumbuhan
dalam jumlah yang relatif banyak, sedangkan unsur hara mikro diperlukan
tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur-unsur hara
esensial tersebut diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan sangat
penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Oleh karena itu, keberadaan
unsur-unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang lainnya (Rahayu, 2012).
Unsur hara makro
dan unsur hara mikro yang dibutuhkan pada setiap tanaman berbeda-beda. Struktur
dan fungsi tanaman berpengaruh terhadap kebutuhan unsur. Pada beberapa jenis
tanaman dapat tubuh dengan baik pada suatu habitat, namun pada tanaman lain
tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukkan kebutuhan unsur pada
masing-masing tumbuhan berbeda-beda. Selain struktur dan fungsi tanaman,
adaptasi tanaman dalam menghadapi cekaman lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman dapat
kekurangan salah satu unsur hara yang diperlukan pada kondisi tertentu yang
berakibat pada timbulnya gejala-gejala defisiensi yang kadang sangat khas untuk
unsur tertentu, meskipun kadang gejala tersebut dapat terjadi akibat kekurangan
beberapa unsur tertentu secara bersamaan. Melalui medium kultur ini, gejala
kekurangn hara tertentu akan dengan mudah diamati.
Berdasarkan
ulasan di atas maka dilakukan percobaan tentang pengaruh perbedaan nutrisi pada
medium sediaan terhadap pertumbuhan tanaman Sawi untuk mengetahui gejala yang
ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara tertentu.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah, yakni bagaimana gejala
yang timbul akibat kekurangan hara tertentu terhadap tanaman sawi (Brassica juncea
L)?
C.
Tujuan
Mengetahui gejala
yang ditimbulkan akibat kekurangan hara tertentu terhadap tanaman sawi (Brassica juncea
L).
D.
Manfaat
Berdasarkan
tujuan dari percobaan yaitu mengetahui gejala yang timbul akibat kekurangan
hara tertentu, maka percobaan ini bermanfaat untuk mendeteksi kemungkinan
penyakit baik pathogen ataupun non pathogen yang menyerang tanaman, sehingga
dapat dilakukan penanganan segera dan lebih lanjut terhadap tumbuhan yang menampakkan
gejala-gejala tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Unsur
Hara Makro
Unsur
hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dan
unsur-unsur ini sudah biasa diberikan dalam bentuk pupuk-pupuk buatan.
Unsur-unsur tersebut antara lain:
1.
Nitrogen
Nitrogen terbentuk sebagai ion yang
turut serta memelihara keadaan turgor. Unsur ini dapat menggantikan Kalium
dalam hal tertentu, sering terjadi ketika kadar Natrium naik bila unsur Kalium
sangat kurang.
Keadaan
tersedia unsur Nitrogen
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+
, dan pada tumbuhan tertentu dalam bentuk N2 bebas. Protoplasma
yang hidup terdiri sekitar 25% bahan kering dengan 50-50% zat-zat putih telur
dan 5-10% lipoiden dan persenyawaan lainnya yang mengandung N. kadar zat lemas dari
protoplasma antara 2-2,5%.
Unsur Nitrogen diperlukan dalam jumlah banyak untuk
pembentukan protein, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan enzim,
nukleotida, lignin, dan bagian-bagian
sel lainnya, namun keberadaannya sering dalam kondisi kurang (Semangun, 2006). Kahat
Nitrogen menyebabkan tumbuhan kurang cabang, klorotik, daun jarang, dan
berwarna hijau pucat. Dalam hal ini tidak
berarti bahwa pemberian zat N harus sebanyak-banyaknya, karena pemberian zat N
yang berlebih dapat mengakibatkan keracunan (kelebihan) pada tumbuhan.
Pemberian N yang banyak mempengaruhi perkembangan susunan akar, selain itu
menyebabkan pertumbuhan sekulentik, perpanjangan masa vegetative dan penundaan
masa kematangan.
2. Kalium
Kalium
berfungsi dalam keadaan ion dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh
tekanan osmotis. Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat
arang. Jika kekurangan Kalium maka asimilasi akan terhenti. Pada tanaman yang
banyak menghasilkan hasil asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu, nanas,
akan banyak memerlukan Kalium (K2O) didalam tanah. Kalium
berfungsi pula pada pembelahan sel, pembentukan jaringan penguat, penyeimbang
iob, hidratasi, permeabilitas membran, dan sintesa putih telur. Pada saat
terjadi pembentukan bunga atau buah Kalium cepat ditarik oleh sebab itu Kalium merupakan
unsur mudah bergerak (mobil).
Kekurangan Kalium menyebabkan
fotosintesis, sintesa protein, dan translokasi terganggu. Tanaman yang
kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar
lengasnya yang lebih rendah. Kekurangan Kalium menimbulkan klorosis pada ujung
dan tepi daun, dan dimulai dari daun-daun tua, kemudian berkembang menjadi
nekrosis berbentuk V. Pada daun-daun sering terjadi bercak nekrotik tersebar
(Semangun, 2006).
3. Kalsium
Kalsium diserap dalam bentuk Ca2+
berupa ion bebas yang berperan dalam keseimbangan ion dan
permeabilitas membran. Unsur ini terdapat sebagai kalsium pektat pada
lamela-lamela tengah dari dinding sel, endapan-endapan dari kalsium oksalat dan
kalsium karbonat dan sebagai ion didalam air-sel. Kebanyakan dari zat kapur ini
(CaO) terdapat didalam daun dan batang. Unsur ini diperlukan dalam jumlah
sedikit.
Kalsium berfungsi untuk mengatur
pembelahan dan pemanjangan sel. Ion-ion Kalium dapat mempertinggi permeabilitas
dinding sel dan sebaliknya, sehingga dapat dicegah. Peranan yang penting
dari kapur terdapat pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu
akar. Bila kapur ditiadakan maka pertumbuhan keduanya akan terhenti dan
bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat
kemerah-merahan.
Kahat kalsium menyebabkan kurang
berkembangnya dan matinya jaringan meristem dan diikuti matinya tumbuhan, pada
helaian dan tepi daun terjadi nekrosis dan klorosis, daun menggulung ke bawah,
tumbuhan kurang membentuk umbi, biji, dan buah. Kahat kalsium dapat terjadi
jika pemberian N yang berlebih, pertumbuhan yang cepat atau meningkatnya
kelembaban tanah secara mendadak (Semangun, 2006).
4. Magnesium
Magnesium adalah unsur esensial pembentuk klorofil, saat
berada dalam bnetuk ion bebas Mg merupakan aktivator dengan banyak enzim respirasi. Magnesium tersedia
(diserap tanaman) dalam bentuk Mg2+ , merupakan komponen dalam
cincin phirol klorofil, yang membentuk warna hijau daun dan tidak dapat
digantikan oleh unsur lain, kecuali didalam hijau daun Mg terdapat pula sebagai ion didalam
air-sel. Unsur ini diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit jika
dibandingkan dengan unsur makro lain, Mg dalam bentuk Mg2+ namun mempunyai
peranan penting dalam penyusunan klorofil. Kadar Mg dari
klorofil tanaman adalah 2,7 persen.
Kahat magnesium menyebabkan klorosis
terlebih dahulu pada daun-daun tua, warna hijau tertinggal pada tulang daun,
daun-daun cepat mati dan rontok. Pada monokotil menyebabkan daun bergaris-garis
(Semangun, 2006).
5. Phospor
Fosfor
merupakan unsur penting dalam persenyawaan yang terkait fotosintesis seperti
ATP, NADP, PGA, dan merupakan bagian dari fosfolipid dan protein dalam membrane
sel (Semangun, 2006). Fosfor diserap oleh tanaman dalam keadaan tersedia
berbentuk H2PO4- dan HPO4=
sebagian besar fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan
terikat dalam senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam
bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat.
Beberapa
bagian tanaman sangat banyak mengandung fosfor, yaitu bagian-bagain yang
bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari,
kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk
pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor. Selain itu
fosfor berperan juga pada sintesa hijau daun. Fosfor mendorong pertumbuhan
akar-akar muda yang berguna bagi resistensi terhadap kekeringan.
Gejala
kekurangan fosfor kurang dikenali, daun-daun kecil, agak tegak, warnanya lebih
tua (hiperklorofilase), terjadi nekrosis dan klorosis, pembentukan tunas
lateral kurang, daun berwarna ungu karena terbentuk antosianin. Selain itu
mengakibatkan tumbuhan kurang membentuk bunga, buah, dan akar sehingga tidak
tahan kekeringan (Semangun, 2006).
6. Sulfur
Sulfur atau
belerang merupakan pembentuk banyak protein dan enzim, juga berbagai kofaktor,
seperti ko enzim A, tiamin, dan biotin. Sulfur diserap dalam bentuk SO4-
, unsur ini terdapat pada zat putih telur. Sulfur terdapat pada glukosida
dan sebagai ion sulfat didalam air-sel. Jika unsur hara S ditiadakan maka akan
terjadi tumbuhan nampak hijau pucat, hijau kekuning-kuningan bahkan kuning
sepenuhnya pada warna tumbuhan; peningkatan klorosis akibat terganggunya
metabolisme protein pada kloroplas dan penekanan sintesis klorofil; tumbuhan
yang kekurangan sulfur lebih kecil dari pada tumbuhan normal, daun-daun lebih
kecil dan sempit dari biasanya dan batang yang tumbuh longitudinal terinhibisi
kurus, pertumbuhan batang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan akar. Sulfur
berada dalam jumlah yang kurang, pada daun-daun muda, tulang daun dengan
jaringan disekitarnya menjadi pucat (Semangun, 2006).
7. Silikon
Silikon
terdapat pada beberapa tanaman yang sel-selnya dibuat dengan asam kersik. Hal
ini sebagai pencegahan terhadap gangguan-gangguan yang memakan daun dan
masuknya bibit penyakit kedalamnya, (batang dan daun-daun rumput, macam-macam
kayu), misalnya terdapat pada tebu.
8.
Aluminium
Aluminium dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, namun keberadaannya sangat penting walaupun hanya dibutuhkan sedikit.
Berdasarkan penelitian penggunaan Al secara berlebihan dapat membahayakan
tumbuhan tersebu, mkisalnya pada padi dan tebu.
B.
Unsur
Hara Mikro
Unsur
hara mikro adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil,
cukup beberapa ppm dalam larutan tanah. Unsur-unsur yang termasuk dalam unsur
hara mikro antara lain sebagai berikut:
1. Chlor
Klor terdapat
sebagai ion didalam air sel disemua bagian tanaman. Keadaan tersedia dalam
bentuk Cl- . Kadarnya berbeda-beda, tergantung pada kandungan
klorida dari lingkungannya, pada tanaman halophyta banyak mengandung klor.
Klor adalah suatu unsur esensial mikro yang mempunyai fungsi
cukup penting bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, sehingga
walaupun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit oleh tanaman tetapi unsur ini
mutlak diperlukan oleh tanaman. Klor terdapat sebagai ion di dalam air sel di semua
bagian tanaman dengan kadar berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungannya.
Pengaruh ion klor yang baik terhadap pertukaran zat sudah tentu hanya selama
konsentrasinya itu terletak dibawah atau pada kondisi optimum, yang dapat
mendorong pembentukan klorofil. Defisisensi klorida menyebabkan pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), dan warna keemasan (bronzing) pada daun.
2. Besi
Besi merupakan komponen penting
dalam banyak enzim, protein-logam, sitokrom, dan leghemoglobin dalam bintil
akar tanaman kacang, berperan dalam proses pembentukan klorofil. Kekurangan besi
menyebabkan terjadinya klorosis pada daun muda bahkan daun berwarna putih
berkerut. Bagian yang klorosis cepat mati, ranting-ranting mati ujungnya.
Kekurangan besi sering terjadi pada tanah yang mengandung kapur, sehingga besi
kurang tersedia bagi tanaman. Besi diserap tanaman dalam bentuk Fe2+.
3. Borium
Borium diserap oleh tanaman dalam
bentuk BO8=. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan
kuncup-kuncup dan pucuk daun jadi mati. Pertumbuhan didalam meristema akan
terganggu, yang menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam pembentukan
bekas pembuluh, Sehingga pengangkutan makanan akan terganggu.
4. Mangan
Berbagai bentuk Mangan dijumpai dalam tanah, tetapi yang
paling banyak diserap dalam bentuk ion mangan Unsur Mangan
(Mn) merupakan activator enzim-enzim respirasi berperan dalam sintesis klorofil
dan reaksi fotokimia pada fotosintesis. Kekurangan Mangan (Mn) menyebabkan
bercak-bercak klorosis dan nekrosis yang tersebar pada daun-daun muda. Tumbuhan
yang kekurangan Mangan (Mn) terhambat pertumbuhannya dan cepat mati.
Mangan terlibat luas dalam proses katalitik pada tumbuhan,
sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen
dan fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase,
sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn, memerlukan sumber N dalam
bentuk NH4+.
5. Natrium
Natrium terdapat pada tanaman
yang tumbuh pada tanah yang banyak mengandung garam seperti pada tanah payau,
air laut dan lain sebagainya, pada tanaman tersebut terdapat pula
ion-ion klor. Natrium yang terbentuk sebagai ion mempunyai arti biologis karena
turut serta memelihara keadaan turgor. Unsur ini dapat pula menggantikan Kalium
dalam hal tersebut dan memang sering terjadi, bahwa kadar Natriumnya naik bila
keadaan unsur Kalium sangat kurang.
6. Seng
Seng merupakan komponen pembentuk enzim yang berperan
dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein. Seng diserap dalam bentuk
Zn2+. Seng dalam kadar rendah memberikan dorongan terhadap
pertumbuhan. Sedangkan bila kadar berlebih walau sedikit akan menjadi racun
bagi tanaman. Persenyawaan-persenyawaan Zn mempunyai fungsi pada pembentukan
hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan psikologis. Gejalagejala
kekurangan Zn ialah daun antara tulang-tulang daun berwarna merah coklat.
Kekurangan seng menyebabkan klorosis, nekrosis,
terbentuknya daun-0daun kecil, dan defoliasi. Pada beberapa tumbuhan daun
menebal dan mengeriting. Ranting-ranting mati ujungnya, ruas-ruas kurang
memanjang sehingga terjadi gejala pusar (Semangun, 2006).
7. Tembaga
Unsur tembaga diserap oleh tanaman
dalam bentuk Cu++. Cu diperlukan pada pembentukan beberapa macam
enzym, oleh karena itu sangat diperlukan walaupun dalam jumlah yang kecil.
Enzim-enzim yang mengandung tembaga memegang peran penting dalam oksidasi sel,
tembaga juga bagian dari nitrat reduktase berperan pada proses fotokimiawi
fotosintesis. Kekurangan tembaga menyebabkan matinya daun yang tampak layu mulai
dari ujungnya. Bagian tertentu mengalami distorsi (Semangun, 2006)
8. Molibdenum
Molibdenum
merupakan kofaktor dalam reduksi nitrat, komponen berbagai enzim-logam,
berperan dalam fiksasi nitrogen dalam bintil akar kacang. Molibdenum diserap akar dalam bentuk ion
Molibdat (MoO4). Peranannya penting dalam pengikatan Nitrogen yang
bermanfaat pada tanaman Leguminose. Mo juga penting bagi tanaman jeruk
dan sayur-sayuran. Kekurangan Mo menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun,
sehingga daun terbentuk hanya tulang-tulang daun saja (Semangun, 2006).
C.
Tanaman
Sawi (Brassica juncea
L)
Tanaman
sawi (Brassica juncea) berada satu famili dengan kubis-krop, kubis
bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae)
sehingga memiliki sifat morfologis tanaman hampir sama, terutama pada sistem
perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk
ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap
yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat.
Sistem
perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar ini berfungsi untuk mengisap air
dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Fahrudin,
2010). Batang tanaman sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak
kelihatan. dan berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana,
2002 dalam Fahrudin 2010). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak
berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar
membentuk krop Tanaman sawi mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam
tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang
banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002 dalam Fahrudin 2010).

Gambar.
Tanaman Sawi
Berikut ini Klasifikasi
tanaman sawi (Rukmana, 2002 dalam Fahrudin 2010):
·
Divisi :
Spermatophyta
·
Kelas
: Angiospermae
·
Sub-kelas :
Dicotyledonae
·
Ordo :
Papavorales
·
Famili :
Brassicaceae
·
Genus :
Brassica
·
Spesies :
Brassica juncea L.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman Sawi
1.
Iklim
Tanaman
sawi merupakan tanaman yang tahan terhadap curah hujan tinggi, penanaman pada
musim hujan menghasilkan kualitas yang baik. Namun tanaman ini tidak tahan
terhadap air yang menggenang.Selain itu tanaman ini juga tahan terhadap suhu
tinggi. Kebanyakan tanaman sawi ditanam di dataran rendah, sehingga cocok
ditanam pada kondisi iklim Indonesia. Kelembapan udara yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan
udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan
tanaman. Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C menyebabkan tanaman
sawi tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Dengan demikian
pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau pertumbuhannya tidak subur,
tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah (Fahrudin,
2010).
2.
Tanah
Tanah
yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), aerasi dalam tanah
berjalan dengan baik. pH tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara
pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006 dalam Fahrudin, 2010). Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun
untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti
tanah andosol. Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan
organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan
tanaman, serta tanah yang banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme
tanah pengurai bahan organik.(Fahrudin, 2010).
Unsur hara mikro
lebih banyak tersedia pada Ph rendah, Pada pH tanah yang rendah akan
menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga
secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Penambahan pupuk ke
dalam tanah mempengaruhi sifat kemasaman tanah, hal ini dapat meningkatkan
sifat asam tanah karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa,
yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro
atau hara mikro. Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan
beberapa unsur hara, seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi
tidak tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan
mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila
sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit
klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat
daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut (Fahrudin,
2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan untuk menjawab
rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan
yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol.
B.
Variabel percobaan
Variabel yang digunakan dalam melakukan percobaan ini
antara lain :
1.
Variabel
manipulasi :
·
Jenis larutan makronutrien dan
mikronutrien
2.
Variabel
kontrol :
·
Jenis tanaman, yakni tanaman sawi
·
Waktu pengamatan
·
Volume awal air
3. Variabel respon :
·
Volume akhir air
·
Ciri-ciri daun dan akar
Yang
diamati per minggu selama 4 minggu
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Ø
Tabung Erlenmeyer 9 buah
Ø
Kertas karbon
Ø
Tutup tabung Erlenmeyer dari bahan
sterofoam
Ø
Malam
Ø
Gelas ukur
Ø
Gelas beker
Ø
Pipet tetes
Ø
Cutter
2.
Bahan
Ø
Spesies tanaman, yakni tanaman Saga
Ø
Larutan makronutrien, masing-masing
dengan konsentrasi 1M yang terdiri dari:
a. Ca(NO3)2
b. KNO3
c. MgSO4.7H2O
d. KH2PO4
e. NaNO3
f. MgCl2
g. NaSO4
h. NaH2PO4
i. CaCl2
j. KCl
Ø
Larutan mikronutrien yang terdiri dari
-
H2BO3 2,86 gram
-
MnCl2.4H2O 1,81gram
-
ZnCl2 0,11 gram
-
CuCl2.2H2O 0,05 gram
-
NaMoO4.2H2O 0,025 gram
Melarutkan
semua larutan mikronutrien dengan akuades hingga volumenya mencapai 1 L
Ø
Larutan FeEDTA yang dibuat dengan cara
A.
Melarutkan 5,57 gram FeEDTA.7H2O
dalam 200 ml akuades
B.
Melarutkan 7,45 gram Na2EDTA
dalam ml aquades
Kemudian,
memanaskan larutan a dan b, mendinginkan dan menambahkan aquades hingga
volumenya menjadi 1 L untuk mendapatkan larutan kompleks FeEDTA yang stabil.
3.4 Prosedur
Kerja
- Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
- Menyiapkan media sesuai dengan tabel berikut
Larutan
|
Komplit
|
-Ca
|
-S
|
-Mg
|
-K
|
-N
|
-P
|
-Fe
|
-Mikro
|
Ca(NO3)2
|
10
|
-
|
10
|
10
|
10
|
-
|
10
|
10
|
10
|
KNO3
|
10
|
10
|
10
|
10
|
-
|
-
|
10
|
10
|
10
|
MgSO4.7H2O
|
4
|
4
|
-
|
-
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
KH2PO4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
-
|
2
|
-
|
2
|
2
|
FeEDTA
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
-
|
2
|
Mikronutrien
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
-
|
NaNO3
|
-
|
20
|
-
|
-
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
MgCl2
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaSO4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
NaH2PO4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
CaCl2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
-
|
-
|
-
|
KCl
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
2
|
-
|
-
|
3. Memberi
label pada tabung Erlenmeyer sesuai dengan jenis perlakuan yang diberikan,
misalnya:
·
mikro untuk defisiensi larutan mikro
·
-Fe untuk defisiensi Fe
·
-P untuk defisiensi P
- Mengisi tabung Erlenmeyer dengan larutan media sebanyak 150 ml dan menambahkan aquades hingga 300 ml. Kemudian, member tanda tinggi larutan pada botol dengan spidol tahan air
- Membuat tutup tabung Erlenmeyer dari bahan sterofoam. Kemudian membuat lubang-lubang kecil pada tutup tersebut.
- Menutup tabung Erlenmeyer dengan tutup sterofoam yang telah dibuat
- Memasukkan tanaman ke dalam masing-masing tabung melalui lubang tutup yang telah dibuat sebagai penyangga tanaman
- Menutup lubang serta pori-pori pada permukaan lubang tabung dengan menggunakan malam
- Membungkus tabung Erlenmeyer dengan kertas karbon agar bagian akar terlndung dari cahaya
- Menyimpan tanaman dalam Green house dan memeriksa tinggi larutan setiap minggu
- Menambahkan aquades ke dalam tabung saat larutan berkurang dari tanda yang diberikan pada botol
- Mencatat hasil pengamatan, yakni perubahan volume air dan gejala-gejala defisiensi yang tampak setiap minggu selama 4 minggu.
A. Alur Kerja
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel Pengaruh Perbedaan Nutrisi
Pada Medium Sediaan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L)
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan Ke-
|
Hasil Pengamatan
|
|||
Volume Larutan
|
Daun
|
Akar
|
||||
Volume Awal
(ml)
|
Volume Akhir
(ml)
|
|||||
1
|
Komplit
(kontrol)
|
1
|
150
|
148
|
Jumlah daun yang
ada 12, semua daun masih segar,warna daun hijau muda
Tunas baru tumbuh
dari 2 tanaman.
|
Akarnya serabut
yang tumbuh cabang (+++)
Akar utama
bertambah panjang (+)
|
2
|
150
|
144
|
Jumlah daun yang
ada menjadi 15, 1 daun diantaranya menguning pada tepinya.Warna daunyang lain
hijau muda segar. Tunas tumbuh dan muncul daun.
|
Akar tumbuh cabang
(++++).
Akar
serabut.bertambah banyak (+)
Akar utama
bertambah panjang (++)
|
||
3
|
150
|
140
|
Jumlah daun
bertambah menjadi 20, 2 diantaranya mati dan 3 daun mudanya menguning.Warna
daun lainnya hijau agak gelap (++) dan masih segar
Tunas mulai
berdaun (+)
|
Akar tumbuh cabang
(+++++).
Akar
serabut.bertambah banyak (++)
Akar utama
bertambah panjang (+++)
|
||
4
|
150
|
136
|
Total daun 21, 19
daun diantaranya mati, 2 daun menguning dan 1 daun masih segar dengan warna
daun hijau tua
|
Akar tumbuh cabang
(+++++).
Akar
serabut.bertambah
banyak (+++)
Akar utama
bertambah
panjang (+++),
perkembangan akar relatif konstan.
|
||
2
|
-Ca
|
1
|
150
|
149
|
Jumlah daun yang
ada 12,warna daun hijau muda segar
Tunas baru tumbuh
dari 1 tanaman
|
Akar utama tetap
Akar tumbuh cabang
(+)
|
2
|
150
|
147
|
Jumlah daun yang
ada menjadi 15, satu daun menggulung ke atas,warna daun hijau (+) Tunas
tumbuh dan muncul daun
|
Akar utama tetap
Akar tumbuh
cabang (++)
|
||
3
|
150
|
145
|
Jumlah daun 18, 1
gugur (mati), 4 diantaranya menguning dan menggulung pada ujungnya.Warna daun
lainnya hijau agak kuning
Tunas mulai
berdaun (+)
|
Akar utama (+)
Akar tumbuh cabang
(+++)
Akar serabut (+)
|
||
4
|
150
|
141
|
Total daun
bertambah menjadi 21, 11 daun diantaranya mati dan 4 daun kuning.
|
Akar utama (+)
Akar tumbuh
cabang (++++)
Akar serabut (++)
|
||
3
|
-S
|
1
|
150
|
148
|
Jumlah daun 12,
warna daun hijau muda
Daun agak
mengerut
Tumbuh tunas baru
dari 2 tanaman
|
Akar utama tetap
Akar tumbuh
cabang (++)
|
2
|
150
|
145
|
Jumlah daun
menjadi 14, warna daun hijau (+)
Daun mengerut dan
agak layu
Tunas tumbuh dan
muncul daun
|
Akar utama (+)
Akar tumbuh
cabang (+++)
Tumbuh akar
serabut (++)
|
||
3
|
150
|
140
|
Jumlah daun
bertambah menjadi 17, namun 2 diantaranya gugur dan 5 kuning.Warna daun
lainnya hijau kekuningan. Daun mengerut Tunas mulai berdaun
|
Akar utama (++)
Akar tumbuh
cabang (++++)
Akar serabut (+)
|
||
4
|
150
|
136
|
Jumlah daun tetap
17, 8 daun gugur dan 3 diantaranya kuning.Warna daun lainnya hijau kekuningan
(+)
Nekrosis pada
satu daun
dan layu
|
Akar utama (+++)
Akar tumbuh
cabang (+++++)
Akar serabut (++)
|
||
4
|
-Mikro
|
1
|
150
|
148,5
|
Jumlah daun 12. Warna
daun hijau (+++++++++)
Segar, tidak terdapat
bercak, tidak keriting.
|
Panjang akar (+++)
Banyak akar (++)
|
2
|
150
|
147
|
Jumlah daun 14 dan
4 diantaranya mulai menguning. Warna daun sisanya hijau (++++++++)
Segar, tidak
terdapat bercak, tidak keriting.
|
Panjang akar (++++)
Banyak akar (+++)
|
||
3
|
150
|
140
|
Jumlah daun
menjadi 20, 2 diantaranya gugur, 4 kuning dan 3 nekrosis.
|
Panjang akar
(+++++)
Banyak akar (+++)
|
||
4
|
150
|
130
|
Jumlah daun 20, 8
diantaranya gugur, dan 5 menguning.
|
Panjang akar
(++++++)
Banyak akar (++++)
|
||
5
|
-Fe
|
1
|
150
|
148
|
Jumlah daun 12. Warna
daun hijau (++++++++)
Segar, tidak
terdapat bercak, tidak keriting
|
Panjang akar (++)
Banyak akar (++++)
|
2
|
150
|
145
|
Jumlah daun menjadi
16. Warna daun hijau (+++++++). Tanaman bertambah tinggi. Segar, tidak
terdapat bercak, tidak keriting.2 diantara 16 daun agak menguning.
|
Panjang akar (+++)
Banyak akar (+++++)
|
||
3
|
150
|
140
|
Jumlah daun
menjadi 21, 2 diantaranya gugur, 4 daun mengalami nekrosis.Warna daun sisanya
hijau (++++++)
Daun tidak
keriting.
|
Panjang akar (++++)
Banyak akar (+++++)
|
||
4
|
150
|
128
|
Total daun
sejumlah 23, 12 diantaranya mati dan 4 kuning.Warna daun sisanya hijau
(++++++)
|
Panjang akar (+++++)
Banyak akar (++++++)
|
||
6
|
-P
|
1
|
150
|
145
|
Jumlah daun 12. Warna
daun hijau (++++++)
Tidak terdapat
bercak,segar,tidak keriting.
|
Panjang akar (+)
Banyak akar (+++)
|
2
|
150
|
143
|
Jumlah daun
bertambah menjadi14. Warna daun hijau (++++++)
Tidak terdapat
bercak,segar,tidak keriting.
|
Panjang akar (++)
Banyak akar (+++)
|
||
3
|
150
|
140
|
Jumlah daun
bertambah menjadi 17, 2 gugur dan daun yang kuning sebanyak 6 daun. Warna
daun sisanya hijau (+++++)
|
Panjang akar
(+++)
Banyak akar
(++++)
|
||
4
|
150
|
126
|
Jumlah daun
menjadi 19, 10 daun gugur dan 9 daun kuning, 2 dari 9 daun yang kuning
daunnya menggulung.
Tidak terdapat
bercak nekrosis.
|
Panjang akar
(++++)
Banyak akar
(+++++)
|
||
7
|
-Mg
|
1
|
150
|
149
|
Jumlah
daun 12. Warna daun hijau (+++++++++)
Tidak
terdapat bercak, segar, tidak keriting
|
Panjang akar (+++)
Banyak akar (+++)
|
2
|
150
|
145
|
Jumlah
daun bertambah menjadi 16 Warna daun hijau (+++++++++)
Tidak
terdapat bercak, beberapa helai daun
keriting. Tanaman bertambah tinggi secara pesat.
|
Panjang akar (++++)
Banyak akar (+++)
|
||
3
|
150
|
142
|
Jumlah
daun bertambah lagi menjadi 20 daun, 2 daun gugur dan 4 daun kuning. Warna
daun sisanya hijau (+++++++)
|
Panjang akar (+++++)
Banyak akar (++++)
|
||
4
|
150
|
130
|
Jumlah
daun bertambah menjadi 23, 12 daun mati, 4 daun kuning.Tidak terdapat bercak,
beberapa helai daun keriting.
|
Panjang akar (++++++)
Banyak akar (+++++)
|
||
8
|
-K
|
1
|
150
|
149
|
Jumlah
daun 12. Warna daun hijau (++++++++)
Tidak
terdapat bercak, segar.
|
Panjang akar (+)
Banyak akar (+)
|
2
|
150
|
146
|
JUmlah
daun 14, 1 daun diantaranya layu. Warna daun sisanya hijau (+++++++)
Tidak
terdapat bercak, beberapa helai daun
keriting.
|
Panjang akar (++)
Banyak akar (++)
|
||
3
|
150
|
141
|
Jumlah
daun 15. 6 daun gugur, 2 daun kuning, 1 daun dengan tinggi paling besar
diantara yang lain.
Tidak
terdapat bercak, beberapa helai daun
keriting.
|
Panjang akar (+++)
Banyak akar (+++)
|
||
4
|
150
|
128
|
Jumlah
daun menjadi 18, 11 daun diantaranya gugur dan 2 daun kuning. Warna daun
sisanya hijau (+++++)
Tidak
terdapat bercak, beberapa helai daun
keriting.
|
Panjang akar (++++)
Banyak akar (++++)
|
||
9
|
-N
|
1
|
150
|
148
|
Jumlah
daun12. Warna daun hijau (+++++++)
Tidak
terdapat bercak, segar.
|
Panjang akar (++)
Banyak akar (++)
|
2
|
150
|
139
|
Jumlah
daun 15.Warna daun hijau (+++++)
Terdapat
bercak, beberapa helai daun menggulung
ke bawah pada daerah tepinya.
|
Panjang akar (+++)
Banyak akar (+++)
|
||
3
|
150
|
136
|
Jumlah
daun menjadi 16, 4 diantaranya gugur dan 4 kuning. Warna daun sisanya hijau
(+++++)
Terdapat
bercak, beberapa helai daun menggulung
ke bawah pada daerah tepinya.
|
Panjang akar (++++)
Banyak akar (++++)
|
||
4
|
150
|
120
|
Jumlah
daun menjadi 17. 12 diantaranya gugur. Warna daun sisanya hijau (++++)
Terdapat
bercak, beberapa helai daun tepinya
menggulung ke bawah.
|
Panjang akar
(+++++)
Banyak akar
(+++++)
|
![]() |
C.
Analisis
Berdasarkan data di atas diperoleh
data pada perlakuan komplit (kontrol) yaitu pada media yang mengandung nutrisi
lengkap (makronutrien dan mikronutrien) pengurangan air pada pengamatan pertama
hingga keempat berturut-turut ialah 2 ml; 6 ml; 10 ml; dan 14 ml, dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pengurangan volume air. Hal ini
juga terjadi pada perlakuan yang lain. Perlakuan yang mengalami pengurangan
volume air paling rendah ialah perlakuan –Ca dengan volume pengurangan air
berturut-turut ialah 1 ml; 3 ml; 5 ml; dan 9 ml. Sedangkan perlakuan yang
mengalami peningkatan volume pengurangan air paling tinggi ialah perlakuan –N
dengan volume pengurangan air berturut-turut ialah 2 ml; 11 ml; 24 ml; dan 30
ml.
Pengaruh perbedaan
sediaan hara pada media berpengaruh terhadap morfologi luar tanaman sawi. Pada
media dengan kekurangan hara tertentu menimbulkan gejala defisiensi yang
berbeda terhadap morfologi tanaman sawi, dapat dikatakan kekurangan hara
tertentu menimbulkan gejala yang khas pada tumbuhan. Pada perlakuan komplit
(kontrol) dengan media yang mengandung nutrien lengkap, terlihat tetap segar
sampai pada pengamatan minggu ke-4. Daun bertambah lebar, dan tumbuh tunas
baru, tetapi warna daun semakin gelap, sedangkan akar utama bertambah panjang
dengan cabang yang semakin banyak. Gejala tersebut berbeda dengan gelaja pada
perlakuan lain. Pada perlakuan lain menunjukkan keadaan akar yang tidak jauh
berbeda dengan keadaan akar pada perlakuan komplit (kontrol). Perbedaan yang
mencolok terjadi pada kondisi daun.
Perlakuan –Ca pada pengamatan ke-4,
sebagian besar daun mati kering, dan daun yang tersisa terlihat berwarna kuning.
Sedangkan pada perlakuan –S terjadi gugur daun pada sebagian besar jumlah daun,
sisa daun yang tertinggal selain warna daun menjadi hijau kekuningan, salah
satu daun juga mengalami nekrosis dan layu. Pada media yang kekurangan
mikronutrien, sebagian besar daun gugur, dan sisanya berwarna kuning. Untuk
perlakuan –Fe dan –P menimbulkan gejala yang hampir sama yaitu pada pengamatan
minggu ke-4 sebagian daun mati, sebagian lagi berwarna kuning, dan masih
terdapat daun yang berwarna hijau. Untuk perlakuan –Mg dan –K gejalanya juga
sama, mulai pengamatan ke-3 terlihat adanya bercak dan keriting pada daun,
timbul klorosis dan nekrosis sehingga
daun berwarna kuning. Pada perlakuan –N sebagian
besar jumlah daun mengalami gugur, masih
terdapat daun yang berwarna hijau , walaupun terdapat bercak, beberapa helai
daun tepinya menggulung ke bawah.
Gejala defisiensi tanaman sawi yang paling
terlihat mencolok pada perlakuan –S, -K, dan –N, di mana pada perlakuan –S
terlihat adanya gejala layu dan nekrosis pada salah satu daun, dan sebagian
besar daun gugur. Sedangkan untuk perlakuan –K terlihat adanya warna daun yang
paling terang (kekuningan), mengalami keriting dan sebagian besar daun mati.
Sementara pada perlakuan –N terlihat terlihat adanya bercak pada daun serta daun
yang menggulung. Untuk perlakuan yang mengalami gejala defisiensi paling rendah
ialah perlakuan –mikro dan –Fe, dilihat dari sebagian kecil daun yang mati atau
gugur pada minggu ke-4. Berdasar
analisis di atas ternyata kondisi daun, akar, maupun volume
pengurangan air tiap-tiap perlakuan berbeda.
D. Pembahasan
Suatu tanaman tidak dapat
menyelesaikan siklus hidup tanpa adanya unsur-unsur mineral penting seperti
makro dan mikronutrien. Fungsi elemen ini tidak dapat tergantikan oleh unsur
mineral lain.Unsur-unsur ini secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui bahwa pada tanaman yang kekurangan unsur makro dan mikronutrien
menunjukkan gejala nekrosis dan klorosis yang cukup signifikan. Tanaman
memperlihatkan gejala kematian dengan tanda-tanda yang khas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perbedaan volume pengurangan air dan pertumbuhan maupun kondisi tanaman Sawi
yang berbeda pada tiap perlakuan. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya
perbedaan komposisi larutan pada media sediaan pada masing-masing perlakuan.
Tiap-tiap perlakuan mengandung makronutrien dan mikronutrien, namun, pada
setiap larutan, ada satu unsur (nutrien) yang ditiadakan, baik makronutrien
maupun mikronutrien, yang berbeda pada tiap perlakuan. Hal ini akan menimbulkan
kondisi dan pertumbuhan tanaman Sawi yang berbeda, juga gejala defisiensi yang
terlihat.
Pada perlakuan dengan
nutrient komplit yaitu media yang mengandung nutrien lengkap baik makronutrien
dan mikronutrien, terjadi peningkatan dalam pengurangan air yang signifikan,
pada pengamatan minggu pertama hingga keempat urutannya sebagai 6 ml; 10 ml;
dan 14 ml. Hal ini bukan hanya terjadi pada semua perlakuan. Sesuai dengan
analisis data di atas bahwa perlakuan yang mengalami pengurangan volume air
paling rendah ialah perlakuan –Ca dan perlakuan yang mengalami peningkatan
volume pengurangan air paling tinggi ialah perlakuan –N. Perbedaan volume
pengurangan air tiap perlakuan yang berbeda dipengaruhi oleh pertumbuhan akar.
Baik pertumbuhan akar utama, maupun cabang-cabang akar. Semakin tinggi
pertumbuhan akar maka semakin tinggi pula volume air yang diserap. Hal ini
menyebabkan volume pengurangan air menjadi tinggi.
Tanaman Sawi (Brassica juncea L) menunjukkan gejala
defisiensi paling mencolok ketika diberi perlakuan –S, -K, dan –N, di mana pada
perlakuan –S terlihat adanya gejala layu dan nekrosis pada salah satu daun, dan
sebagian besar daun gugur. Sedangkan untuk perlakuan –K terlihat adanya warna
daun yang paling terang (kekuningan), mengalami keriting dan sebagian besar
daun mati. Sementara pada perlakuan –N terlihat terlihat adanya bercak pada
daun serta daun yang menggulung. Tanaman membutuhkan unsur S dalam jumlah besar
karena unsur hara S tergolong makronutrient dan berfungsi dalam sebagai komponen struktural dari asam amino, protein, vitamin dan enzim,dan
sangat penting untuk menghasilkan klorofil sehingga membentuk vitamin tanaman,
seperti biotin dan tiamin, yang diperlukan untuk respirasi dan metabolisme yang
normal. Apabila kekurangan S maka terganggu dalam pembentukan klorofil sehingga
terganggu dalam fotosintesis dan nutrisi yang dihasilkan menyebabkan
pertumbuhan terganggu. Asam amino merupakan penyusun sistem membran,
baik membran sel maupun membran organela di dalam sel. Asam amino terlibat
dalam transportasi zat-zat dari dalam dan luar sel, karena asam amino nantinya
akan membentuk protein struktural pada permukaan membrane yang mempengaruhi
permeabilitas membran. Jika suatu tanaman kekurangan unsur hara S, maka zat-zat
yang keluar-masuk sel menjadi tidak dapat dikontrol. Unsur hara S juga berperan
dalam pembentukan protein fungsional (enzim). Jika kekurangan S, maka proses
pemecahan substrat oleh enzim tidak dapat berjalan dengan baik sehingga tanaman
tidak memperoleh asupan energi yang diperlukan. Selain itu, ada beberapa enzim
yang mengandung sulfur, yang terlibat dalam reduksi nitrat.
Unsur P penting dalam persenyawaan
yang terkait fotosintesis seperti ATP, NADP, PGA, dan merupakan bagian dari
fosfolipid dan protein dalam membrane sel (Semangun, 2006) yang berperan dalam
proses metabolism
(katabolisme dan anabolisme), fotosintesis dan respirasi, untuk mencapai
keadaan yang seimbang. Apabila kekurangan P, maka tanaman tidak dapat melakukan
proses metabolisme dengan optimal sehingga berakibat suplai energi tanaman
menurun. Hal ini berimbas dengan proses sintesis, baik fotosintesis maupun
sintesis klorofil, jika proses ini terganggu, maka terganggu hasil proses yang
mentertainya, missal sintesis fosfolipid terhambat, akibatnya membran sel tidak
stabil, sehingga mempengaruhi struktur dan fungsi dari membran sel. Tanaman pun
akan rapuh dan mudah patah.
Kebutuhan Unsur N sangat
mutlak adanya karena terkait sebagai penyusun DNA, basa Nitrogen, ketahanan, koordinasi
sel, dan memelihara keadaan turgor. Unsur Nitrogen diperlukan dalam jumlah banyak untuk
pembentukan protein, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan enzim,
nukleotida, lignin, dan bagian-bagian
sel lainnya. Apabila kekurangan N, menyebabkan tidak terbentuk DNA, Protein,
enzim sehingga metabolisme dan pertumbuhan terganggu, berakibat kerdilnya pada
tumbuhan, daun klorosis dan nekrosis.
Tanaman Sawi
menunjukkan gejala defisiensi ringan pada perlakuan –Fe dan -mikro. Pada kedua
perlakuan tersebut warna daun sawi semakin lama semakin terang (kekuningan).
Tanaman yang kekurangan unsur hara –Fe akan menunjukkan gejala defisiensi,
seperti warna kekuningan pada daun, yang semakin jika dibiarkan semakin lama,
maka daun akan mengalami klorosis. Unsur hara –Fe dan mikro memang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah kecil. Namun, unsur hara tersebut merupakan unsur
hara esensial yang dibutuhkan tanaman dan tidak dapat digantikan oleh unsur
hara lainnya. Terkait dengan fungsi Fe sebagai komponen penting dalam banyak
enzim, protein-logam, sitokrom, dan berperan dalam proses pembentukan klorofil.
Kekurangan Fe menyebabkan terjadinya klorosis pada daun bahkan daun berwarna putih berkerut.
Kekurangan unsur hara
Mg akan menyebabkan daun mengalami klorosis dengan ditandai daunnya berubah
warna menjadi kuning karena berkurangnya pigmen hijau daun (klorofil).
Sedangkan tanaman yang kekurangan unsur hara Ca akan mudah rapuh. Kekurangan
unsur K dapat menyebabkan transport ion terganggu karena peran dari unsur hara
K yaitu untuk penyeimbang ion di dalam dan di luar sel. Sedangkan tanaman yang
kekurangan unsur hara Ca akan mudah rapuh.. Kekurangan unsur K dapat
menyebabkan transport ion terganggu karena peran dari unsur hara K yaitu untuk
penyeimbang ion di dalam dan di luar sel.
BAB
V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain:
1.
Tanaman
Sawi (Brassica juncea L) dengan
komposisi larutan media yang berbeda menunjukkan gejala defisiensi yang
berbeda.
2.
Kekurangan
unsur hara tertentu akan menghambat proses metabolisme tanaman Sawi (Brassica juncea L) yang berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan tanaman seperti daun dan akar
3.
Perbedaan
jumlah makro dan mikro nutrient mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi tanaman
Sawi (Brassica juncea L) terutama
daun dan akar, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan pengurangan volume
larutan yang signifikan pada tiap perlakuan
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan volume air, antara lain:
·
Jumlah
akar utama
·
Pertumbuhan
akar cabang
·
Banyaknya
serabut-serabut akar
DAFTAR
PUSTAKA
Rahayu, Yuni Sri dkk. 2012. Panduan Praktikum Ilmu Hara. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya Press.
Fahrudin.
2010. Budidaya Caisim (Brassica juncea.L)
(Online) eprints.uns.ac.id/273/1/160992508201012411.pdf
Salisbury,
F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB
Semangun, Haryono. 2006. Hama Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta; UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar