Rabu, 22 Mei 2013

Biologi Sel-Mitokondria


Pada tahun 1961, Max Kleiber menemukan bahwa hubungan antara siklus energi BMR dengan aktivitas pada membran, terutama pada potensial elektrokimiawi, seperti gradien Na+ pada membran plasma, dan gradien H+ pada membran mitokondria sisi dalam. Beliau lebih lanjut menjabarkan bahwa variasi berat tubuh tidak hanya bergantung pada komposisi membran, tetapi bergantung pada variasi antara komposisi dan aktivitas membran, yang juga memberikan pengaruh terhadap proses penuaan dan rentang hidup suatu makhluk.
Saat ini telah diketahui bahwa hormon tiroid, khususnya tri-iodotironina, akan mempercepat laju reaksi oksidasi suksinat, glutamat, hidroksibutirat, dan meningkatkan penyerapan ADP dan O2 ke dalam mitokondria, sehingga secara tidak langsung akan mempercepat lintasan siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif. BMR lantas ditentukan sebagai kopling antara reaksi fosforilasi dan respirasi.
Mitokondria
Mitokondria adalah badan energi sel yang berisi protein dan benar-benar merupakan "gardu tenaga". "Gardu tenaga" ini mengoksidasi makanan dan mengubah energi menjadi adenosin trifosfat atau ATP. ATP menjadi agen dalam berbagai reaksi termasuk sistesis enzim. Mitokondria penuh selaput dalam yang tersusun seperti akordion dan meluaskan permukaan tempat terjadinya reaksi. (Sumber: Time Life, 1984).
Mitokondria merupakan penghasil (ATP) karena berfungsi untuk respirasi. Bentuk mitokondria beraneka ragam, ada yang bulat, oval, silindris, seperti gada, seperti raket dan ada pula yang tidak beraturan. Namun secara umum dpat dikatakan bahwa mitokondria berbentuk butiran atau benang. Mitokondria mempunyai sifat plastis, artinya bentuknya mudah berubah. Ukuran seperti bakteri dengan diameter 0,5 – 1 µm. Mitokondria baru terbentuk dari pertumbuhan serta pembelahan mitokondria yang telah ada sebelumnya (seperti pembelahan bakteri). Penyebaran dan jumlah mitokondria di dalam tiap sel tidak sama dari hanya satu hingga beberapa ribu. Pada sel sperma, mitokondria tampak berderet-deret pada bagian ekor yang digunakan untuk bergerak.
Mitokondria sebagai tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel. Oleh karena itu mito kondria sering disebut sebagai “The Power House”.
Semakin banyak tenaga yang dibutuhkan sel tertentu, semakin banyak mitokondria dikandungnya. Satu sel dapat mempunyai hanya beberapa mitokondria, atau pun ribuan. Jumlah yang paling besar ditemukan di sel saraf, otot, dan hati.
Beberapa ilmuwan menganggap bahwa mitokondria adalah kunci terhadap penuaan. Semakin tua kita, mitokondria kita mengalami semakin banyak mutasi (perubahan tidak sengaja pada sel). Sel kita mempunyai cara untuk mengawasi kesalahan (mutasi) waktu digandakan, tetapi mitokondria tidak mempunyai pengawasan ini.
Akhirnya, mutasi itu atau kekurangan mitokondria dapat mengurangi tenaga yang tersedia pada sel. Jika tenaga menurun menjadi cukup rendah, sel tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jika tenaga semakin menurun, sel tersebut dapat berhenti bekerja.
Pembentukan Hormon Tiroksin
               Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam jumlah yang cukup. Molekul – molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis. Hormon tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.
               Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif yang memerlukan energi. Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut simporter NA+/I- (NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia.
               Iodinisasi tiroglobulin / organic binding. Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul – molekul iodium (iodinisasi) :
1 molekul iodium + tirosin-globulin = monoiodotirosin (MIT)
2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin = diiodotirosin (DIT)      
Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat dihambat oleh zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil
Kondensasi oksidatif
1 molekul MIT + 1 molekul DIT = 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul MIT = 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul DIT = 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis hormon kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata – rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.
Sekresi Hormon Tiroksin
Proses sekresi hormon ini dimulai dengan proses endositosis koloid oleh sel folikel kelenjar. Di dalam sel butir – butir koloid ini meleburkan diri dengan lisosom yang mengandung enzim proteolitik. Enzim ini memutuskan ikatan polipeptida antara senyawa iodotironin dengan tiroglobulin, sehingga didalam sitoplasma didapat MIT, DIT, T4, dan T3. MIT dan DIT tetap didalam sitoplasma untuk didaur ulang dengan bantuan enzim mikrosom iodotirosin deiodinase yang membebaskan iodium kembali. Sedangkan T3 dan T4 akan disekresikan ke dalam sirkulasi darah. Proses endositosis koloid dirangsang oleh TSH.
Efek Hormon Tiroksin
Efek umum dari hormon tiroid adalah untuk menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. Oleh karena itu, sesungguhnya dalam semua sel tubuh, sejumlah besar enzim protein, protein structural, protein transport, dan zat lainnya akan meningkat. Hasil akhir dari semuanya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh.
Sebelum bekerja pada gen untuk meningkatkan transkripsi genetik, hampir semua tiroksin dideiodinasi oleh suatu ion iodium sehingga membentuk tri-iodotironin. Selanjutnya, tri-iodotironin ini memiliki afinitas pengikatan yang sangat tinggi dengan reseptor hormon tiroid intraselular. Akibatnya, sekitar 90% molekul hormone tiroid yang berikatan dengan reseptor adalah triiodotironin dan hanya 10% tirosin yang berikatan dengan reseptor.
Reseptor – reseptor hormon tiroid melekat atau berdekatan pada rantai genetik DNA. Saat berikatan dengan hormon tiroid, reseptor menjadi aktif dan mengwali proses transkripsi. Kemudian dibentuk sejumlah besar tipe RNA messenger yang berbeda, yang kemudian dalam beberapa menit atau jam diikuti dengan translasi RNA pada ribosom sitoplasma untuk membentuk ratusan protein baru. Diyakini bahwa sebagian besar kerja hormon tiroid dihasilkan dari fungsi enzimatik dan fungsi lain dari protein baru ini.
Hormon tiroid memiliki efek sekunder pada kalorigenesis dengan meningkatkan ekskresi nitrogen sehingga terjadi katabolisme dari lemak dan protein yang dapat menyebabkan penurunan berat badan bila konsumsi makanan tidak adekuat.  Kadar tiroid yang besar dapat untuk menghasilkan panas dalam jumlah besar sehingga suhu tubuh meningkat.  Akibatnya, terjadi mekanisme hilangnya panas karena vasodilatasi di kulit sehingga resistensi perifer berkurang.  Hormon tiroid juga dibutuhkan untuk perubahan hepatik dari karotin menjadi vitamin A.
Efek hormon tiroid pada mitokondria, bila tiroksin/ triodotironin  diberikan pada binatang, mitokondria pada sebagian besar sel tubuh bertambah ukuran dan jumlahnya. Efek kalorigenik lain dari hormon tiroid akibat adanya metabolisme asam lemak.  Hormon tiroid meningkatkan aktivitas dari ikatan membran Na,K ATPase pada berbagai jaringan.
Skema Metabolisme Tubuh Terhadap Produksi Hormon Tiroksin Dan Mitokondria Dalam Sel
Pikiran Postif                  Tubuh Relaks                 Respirasi Lancar               Suplai Oksigen
Ke Otak Lancar                                             
Adenohipofise                   Hipotalamus Mengeluarkan Releasing Factor (Releasing Hormon)

TSH (Tyroid Stimulating Hormon)                                              Hormon Tiroksin                 

Meningkatkan Kecepatan                    Meningkatkan Jumlah Dan Aktivitas Mitokondria Pembentukan ATP

DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 1999. Hormon yang Mempengaruhi Mitokondria. Diakses melalui  http://books.google.co.id. Pada tanggal 19 Mei 2012.
Anonym. 2011. Hormon Tiroid. Diakses melalui http://kopikola.wordpress.com. pada tanggal 19 Mei 2012.
Anonym. 2012. Tiroid s]Stimulating Hormone TSH. Diakses melalui http://www.terapimenstruasi.com, pada tanggal 19 Mei 2012.
Anonym. 2012. Laju Metabolisme Basal. Diakses mealui http://info.pertanyaan.com, pada tanggal 19 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar