22 Juli 2012
Jurnalku
Jurnalku
PENGARUH PEMBERIAN BUBUK KAYU MANIS DAN FILTRAT DAUN SIRIH
PADA TANAMAN
CABAI MERAH var. BHASKARA
TERHADAP
SERANGAN PENYAKIT LAYU
Mita Kusuma Dewi
Jurusan
Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian bubuk kayu manis
dan filtrat daun sirih pada tanaman cabai merah var bhaskara terhadap serangan
penyakit layu yang diakibatkan oleh
bakteri.
Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 pengulangan dan 4 perlakuan,
yaitu A = penambahan filtrat daun sirih, B = penambahan bubuk kayu manis, C =
penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis, D = tanpa perlakuan
(kontrol). Bahan yang digunakan daun sirih, kulit kayu manis. Alat yang
digunakan blender, saringan, dan alat-alat pertanian.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis dapat
menurunkan intensitas serangan penyakit layu. Kombinasi perlakuan penambahan
filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis berpengaruh paling baik dalam
menurunkan intensitas serangan penyakit layu.
Kata Kunci: Daun
sirih, kayu manis, cabai merah, penyakit layu
PENGANTAR
Penyakit
layu merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi tanaman cabai. Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri (selanjutnya disebut penyakit layu bakteri) mengakibatkan
kerugian hingga mencapai 90% (Deptan, 2009). Penyakit ini memiliki inang yang
cukup banyak, di daerah Deli dan sulawesi penyakit layu bakteri menyerang
tanaman tembakau dan pisang (Semangun, 2006). Selama ini pengendalian menggunakan
pestisida sintetik, namun berdampak negatif pada manusia dan lingkungan,
menurut WHO 18 ribu orang meninggal
setiap tahun karena keracunan pestisida, dan menyebabkan hama menjadi resisten.
Rotasi tanaman, dan penggunaan varietas resisten juga sering dilakukan namun
cara-cara tersebut belum berhasil dengan
baik.
Penggunaan
bahan nabati sebagai pestisida nonsintetik mulai dikembangkan sebagai pengganti
pestisida sintetik karena memiliki daya
bunuh terhadap patogen dan aman terhadap lingkungan. Tumbuhan dapat memproduksi senyawa metabolit
sekunder (bioaktif) yang dapat dimanfaatkan sebagai bakterisida.
Indonesia
memiliki banyak tumbuh-tumbuhan sebagai sumber bahan pestisida nabati. Tanaman
sirih mudah ditemukan di Indonesia, tanaman ini mengandung minyak atsiri 4,2%
dan fenol (Guenther, 1987) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
melakukan berbagai mekanisme. Ekstrak daun sirih terbukti menghambat pertumbuhan
bakteri Rhizoctonia penyebab penyakit
rebah kecambah (Achmad dan Ido., 2009). Kayu manis terutama kulit batangnya mengandung
banyak senyawa bioaktif, yaitu tannin, minyak atsiri 1,5%, sinnamaldehid 75%,
dan eugenol (Stahl, 1985). Minyak atsiri kayu manis dapat menghambat bakteri patogen Escherisia colli, Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pasteurella
(Widyarto, 2009).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian filtrat daun sirih
dan bubuk kayu manis pada tanaman cabai merah var. bhaskara terhadap serangan
penyakit layu bakteri.
UPT
PATPH Lebo Sidoarjo merupakan balai penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teknik pertanian modern untuk tanaman pangan dan hortikultura.
Letaknya berapa pada garis lintang 112,5o BT – 112,9 o BT
dan 7,3 o LS -7,5 o LS, terletak di dataran rendah dengan
ketinggian 5-8 m DPL.
BAHAN
DAN METODE
Jenis
penelitian adalah eksperimen, dilakukan di lahan terbuka UPT PATPH Lebo,
Sidoarjo pada tanggal 26 juni - 26 juli 2012.
Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan, yaitu A =
Penambahan filtrat daun sirih, B = Penambahan bubuk kayu manis, C = Penambahan
filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis, D = Tanpa penambahan. Pengulangan
dilakukan sebanyak 6 kali (diperoleh dari rumus sayarat RAK), sehingga
didapatkan 24 unit penelitian (syarat ANOVA untuk sampel kecil <30)
Bahan
yang digunakan adalah air, daun sirih, bibit cabai merah var. bhaskara, media
tanam yang diperoleh dari UPT PATPH Lebo,
bubuk kayu manis asli diperoleh dari membeli di pasar. Alat yang digunakan
meliputi timbangan, blender, alat saring, gelas ukur, dan alat-alat pertanian.
Cara
kerja terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama meliputi persemaian benih, dimana
benih direndam dalam furadan dan disemai dalam media brownies selama 7 hari. Pengolahan tanah, tanah dibajak dan diberi
kapur dolomit untuk menetralkan pH tanah, pupuk kandang serta pupuk dasar (ZA,
Urea, dan Phonska), dilanjutkan pemasangan mulsa dan selang irigasi serta
pembuatan lubang tanam. penanaman bibit
cabai.
Tahap
kedua adalah pembuatan filtrat daun sirih dan penyiapan bubuk kayu manis. Filtrat
dibuat dari 150 g daun sirih dengan 500 cc air kemudian diblender dan disaring.
Bubuk kayu manis yang digunakan 50 g, masing-masing ukuran ini digunakan untuk
1 tanaman, (Paath, 2005) diberikan saat cabai berumur 3 minggu.
Tahap
ketiga adalah pengamatan dan pengambilan data. Data yang diperoleh merupakan
intensitas serangan layu yang diperoleh dari rumus Kelman (1952) dalam Baharuddin (2005) sebagai berikut:
I =
x 100%

I
= Intensitas serangan
n =
jumlah daun yang menunjukkan gejala
tertentu pada setiap kategori
N
= Jumlah daun yang diamati
v = nilai skala pada setiap kategori
Z = Nilai skala tertinggi
Nilai
skala untuk setiap kategori:
Nilai
0: tanaman sehat tidak ada gejala
Nilai
1: 1-2 daun layu atau menguning
Nilai
2: 3-10 daun layu atau menguning
Nilai
3: lebih dari 10 daun layu atau menguning
Nilai
4: tanaman mati
Pengamatan dilakukan setiap hari. Parameter yang diamati
adalah intensitas serangan layu. Penghitungan intensitas serangan dimulai saat
gejala pertama dan selanjutnya diulangi dengan interval waktu 7 hari. Analisis
data menggunakan Analisis varian (ANOVA) (α=0,05) dan uji lanjut Duncan
menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.
HASIL
Hasil analisis menunjukkan bahwa
pengaruh perlakuan yaitu sumber penambahan berbeda nyata terhadap prameter
intensitas serangan layu. Hasil analisis rata-rata intensitas serangan layu dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1.
Rata-rata Intensitas Serangan Layu Bakteri Pada Tanaman Cabai Merah var
Bhaskara
Perlakuan
|
Intensitas
Serangan (%)
|
|||
Hari
ke-7
|
Hari
ke-14
|
Hari
ke-21
|
Hari
ke-28
|
|
Filtrat daun sirih
|
27,30
|
32,16
|
36,52
|
43,40
|
Bubuk kayu manis
|
25,91
|
31,31
|
34,96
|
37,99
|
Daun siriht+kayu manis
|
20,62
|
24,76
|
27,77
|
31,63
|
Tanpa perlakuan
|
46,10
|
51,61
|
56,55
|
61,34
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari hari
ke hari terjadi peningkatan intensitas serangan. Penambahan daun sirih dan kayu
manis memberikan hasil terbaik sebagai ketahanan tanaman cabai terhadap
serangan penyakit layu, dengan diperolehnya nilai intensitas paling kecil sedangkan
tanpa perlakuan diperoleh intensitas serangan paling besar.

Grafik 1.
Rata-rata Intensitas Serangan Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Cabai Merah
Berdasarkan grafik diatas rata-rata
intensitas serangan paling besar terjadi pada perlakuan D (kontrol) dan
intensitas paling kecil pada perlakuan C (kombinasi).
Tabel
2.
Hasil analisis ANOVA pengaruh sumber penambahan terhadap intensitas serangan
penyakit layu

Hasil
ANOVA menunjukkan nilai F hitung sebesar 3,554. Nilai ini lebih besar dari F
tabel (3,29) sehingga hasil percobaan ini signifikan, kemudian dilanjutkan
dengan Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang paling baik.
Tabel 3.
Hasil Uji Duncan

Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa penambahan yang menghasilkan intensitas serangan
paling kecil adalah perlakuan 3 (filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis),
kemudian perlakuan 2 (bubuk kayu manis), kemudian perlakuan 1 (filtrat daun
sirih), dan yang paling besar intensitas serangannya adalah perlakuan 4 (kontrol).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sumber penambahan berpengaruh terhadap intensitas serangan
penyakit layu pada tanaman cabai var.bhaskara. Penambahan filtrat daun sirih
dan bubuk kayu manis memberikan intensitas serangan paling kecil, diikuti
penambahan bubuk kayu manis, filtrat daun sirih, dan yang paling besar
intensitas serangannya adalah kontrol (tanpa perlakuan). Untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab penyakit layu maka penambahan filtrat daun sirih
dan bubuk kayu manis pada media tanam memberikan hasil terbaik.
Tanaman
sirih termasuk dalam famili piperacea yang mengandung minyak atsiri 4,2%
dan fenol (Guenther, 1987) serta mengandung khavikol, diastase 0,8-1,8%,
zat penyamak, gula, dan pati (Paath, 2005). Senyawa fenol bersifat antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Fenol dapat
mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora, memutuskan
ikatan peptidoglikan ketika menerobos dinding sel, menginaktif enzim esensial
dalam tubuh mikroba meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah (Pelczar dan
Chan., 1988), sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab layu pada
tanaman cabai. Berdasarkan penelitian Achmad dan Ido., (2009) ekstrak
daun sirih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Rhizoctonia penyebab penyakit rebah kecambah secara in vitro.
Senyawa
bioaktif kayu manis paling banyak pada kulitnya, kulit kayu manis mengandung minyak
atsiri 1,5%, sinnamaldehid 75%, eugenol 10%, tannin, musin, dan pati (Stahl,
1985). Minyak atsiri kayu
manis mengandung senyawa eugenol, safrol, dan tannin (Dian, 2008). Minyak atsiri bersifat bakterisida,
beberapa jenisnya dapat mengobati infeksi sehingga dapat menghambat bakteri
patogen Escherisia colli, Staphylococcus aureus, Klebsiella,
dan Pasteurella (Widyarto, 2009).
Mekanisme
penghambatan oleh kayu manis tidak hanya dari minyak atsiri tetapi tannin
memiliki mekanisme yang hampir sama dengan senyawa fenol, yaitu dapat merusak
membran sel bakteri, menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap
enzim, mengkerutkan dinding sel atau membran sel, mempresipitasi protein,
inaktivasi fungsi materi genetik. Pada dosis tertentu minyak atsiri mampu
memperbaiki jaringan yang rusak (Guenther, 1987) dan dapat digunakan untuk menghentikan meluasnya
penyakit busuk mahkota pada tanaman anggrek dan penyakit tepung pada tanaman
lain.
Konsentrasi
yang tinggi dan beberapa jenis senyawa bioaktif
pada kedua simplisia tersebut berkombinasi sehingga pada perlakuan C
memberikan hasil terbaik. Kemudian diikuti oleh perlakuan B, dimana minyak
atsiri dalam kayu manis selain bersifat bakterisida juga memiliki kemampuan
untuk memperbaiki jaringan yang rusak, selanjutnya perlakuan A, dimana daun
sirih mempunyai kandungan fenol yang tinggi sebagai bakterisida. Perlakuan D
sebagai kontrol tanpa penambahan kedua simplisia menyebabkan tidak ada
perlawanan terhadap bakteri sehingga intensitasnya serangannya tinggi.
SIMPULAN
Daun
sirih dan kulit kayu manis dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Perlakuan
kombinasi filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis memberikan hasil terbaik
dalam ketahanan tanaman cabai merah terhadap serangan penyakit layu bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dan Ido. S. 2009. Pengujian Aktivitas Ekstrak
Daun Sirih (Piper betle) terhadap Rhizoctonia sp. Secara in vitro. Buletin
Littro. Vol. 20 No. 1, 2009, 92 – 98.
Baharudin,
Nursaba., & T. Kuswinanti. 2005. Pengaruh Pemberian Pseudomonas fluorescens dan Efective Mikroorganism 4 (EM4) dalam
menekan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum) Pada tanaman Cabai (Capsium annum L.). Prosiding seminar ilmiah sulawesi selatan ISBN 979-95025-6-7
Deptan. 2009.
Transfer Prima Tani Kabupaten Tangerang. Diakses melalui http://banten.litbang.deptan.go.id/ (Online) diakses tanggal 11 Oktober 2012.
Dian, Monica. 2008. Pemisahan Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum
zeylanicum) Secara Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitas Antijamur Terhadap
Malassezia furfur in vitro. Penelitian Karya Tulis Ilmiah (Online)
Semarang: UNDIP
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri. Jakarta:Universitas Indonesia Press
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Paath,
J.M. 2005. Pengendalian Penyakit Layu
Bakteri Pada Tanaman Tomat Dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11(1) 47-55
Semangun,
H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Yogyakarta: UGM press
Stahl. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Widyarto, A.N. 2009. Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Keprok (citrus nobilis lour.) Terhadap
staphylococcus aureus dan escherichia coli. Skripsi dipublikasikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar