Jumat, 03 Mei 2013

Pengaruh kayu manis dan daun sirih terhadap penyakit layu


22 Juli 2012
Jurnalku



PENGARUH  PEMBERIAN BUBUK KAYU MANIS DAN FILTRAT DAUN SIRIH 
PADA TANAMAN CABAI MERAH var. BHASKARA
TERHADAP SERANGAN PENYAKIT LAYU


Mita Kusuma Dewi
Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya


ABSTRAK

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian bubuk kayu manis dan filtrat daun sirih pada tanaman cabai merah var bhaskara terhadap serangan penyakit layu yang  diakibatkan oleh bakteri.
            Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 pengulangan dan 4 perlakuan, yaitu A = penambahan filtrat daun sirih, B = penambahan bubuk kayu manis, C = penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis, D = tanpa perlakuan (kontrol). Bahan yang digunakan daun sirih, kulit kayu manis. Alat yang digunakan blender, saringan, dan alat-alat pertanian.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis dapat menurunkan intensitas serangan penyakit layu. Kombinasi perlakuan penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis berpengaruh paling baik dalam menurunkan intensitas serangan penyakit layu.

Kata Kunci: Daun sirih, kayu manis, cabai merah, penyakit layu



PENGANTAR
            Penyakit layu merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi tanaman cabai. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri (selanjutnya disebut penyakit layu bakteri) mengakibatkan kerugian hingga mencapai 90% (Deptan, 2009). Penyakit ini memiliki inang yang cukup banyak, di daerah Deli dan sulawesi penyakit layu bakteri menyerang tanaman tembakau dan pisang (Semangun, 2006). Selama ini pengendalian menggunakan pestisida sintetik, namun berdampak negatif pada manusia dan lingkungan, menurut WHO  18 ribu orang meninggal setiap tahun karena keracunan pestisida, dan menyebabkan hama menjadi resisten. Rotasi tanaman, dan penggunaan varietas resisten juga sering dilakukan namun
cara-cara tersebut belum berhasil dengan baik.
            Penggunaan bahan nabati sebagai pestisida nonsintetik mulai dikembangkan sebagai pengganti pestisida sintetik karena  memiliki daya bunuh terhadap patogen dan aman terhadap lingkungan.  Tumbuhan dapat memproduksi senyawa metabolit sekunder (bioaktif) yang dapat dimanfaatkan sebagai bakterisida.
            Indonesia memiliki banyak tumbuh-tumbuhan sebagai sumber bahan pestisida nabati. Tanaman sirih mudah ditemukan di Indonesia, tanaman ini mengandung minyak atsiri 4,2% dan fenol (Guenther, 1987) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan melakukan berbagai mekanisme. Ekstrak daun sirih terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Rhizoctonia penyebab penyakit rebah kecambah (Achmad dan Ido., 2009). Kayu manis terutama kulit batangnya mengandung banyak senyawa bioaktif, yaitu tannin, minyak atsiri 1,5%, sinnamaldehid 75%, dan eugenol (Stahl, 1985). Minyak atsiri kayu manis dapat menghambat bakteri patogen Escherisia colli, Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pasteurella (Widyarto, 2009).
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis pada tanaman cabai merah var. bhaskara terhadap serangan penyakit layu bakteri.
            UPT PATPH Lebo Sidoarjo merupakan balai penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teknik pertanian modern untuk tanaman pangan dan hortikultura. Letaknya berapa pada garis lintang 112,5o BT – 112,9 o BT dan 7,3 o LS -7,5 o LS, terletak di dataran rendah dengan ketinggian 5-8 m DPL.

BAHAN DAN METODE
            Jenis penelitian adalah eksperimen, dilakukan di lahan terbuka UPT PATPH Lebo, Sidoarjo pada tanggal 26 juni - 26 juli 2012.
            Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan, yaitu A = Penambahan filtrat daun sirih, B = Penambahan bubuk kayu manis, C = Penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis, D = Tanpa penambahan. Pengulangan dilakukan sebanyak 6 kali (diperoleh dari rumus sayarat RAK), sehingga didapatkan 24 unit penelitian (syarat ANOVA untuk sampel kecil <30)
            Bahan yang digunakan adalah air, daun sirih, bibit cabai merah var. bhaskara, media tanam yang diperoleh dari  UPT PATPH Lebo, bubuk kayu manis asli diperoleh dari membeli di pasar. Alat yang digunakan meliputi timbangan, blender, alat saring, gelas ukur, dan alat-alat pertanian.
            Cara kerja terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama meliputi persemaian benih, dimana benih direndam dalam furadan dan disemai dalam media brownies selama 7 hari. Pengolahan tanah, tanah dibajak dan diberi kapur dolomit untuk menetralkan pH tanah, pupuk kandang serta pupuk dasar (ZA, Urea, dan Phonska), dilanjutkan pemasangan mulsa dan selang irigasi serta pembuatan lubang tanam.  penanaman bibit cabai.    
            Tahap kedua adalah pembuatan filtrat daun sirih dan penyiapan bubuk kayu manis. Filtrat dibuat dari 150 g daun sirih dengan 500 cc air kemudian diblender dan disaring. Bubuk kayu manis yang digunakan 50 g, masing-masing ukuran ini digunakan untuk 1 tanaman, (Paath, 2005) diberikan saat cabai berumur 3 minggu.
            Tahap ketiga adalah pengamatan dan pengambilan data. Data yang diperoleh merupakan intensitas serangan layu yang diperoleh dari rumus Kelman (1952) dalam Baharuddin (2005) sebagai berikut:

I =  x 100%

I = Intensitas serangan
 n =  jumlah daun yang menunjukkan gejala
        tertentu pada setiap kategori
N = Jumlah daun yang diamati
v  = nilai skala pada setiap kategori
Z  = Nilai skala tertinggi

Nilai skala untuk setiap kategori:
Nilai 0: tanaman sehat tidak ada gejala
Nilai 1: 1-2 daun layu atau menguning
Nilai 2: 3-10 daun layu atau menguning
Nilai 3: lebih dari 10 daun layu atau menguning
Nilai 4: tanaman mati

            Pengamatan dilakukan setiap hari. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan layu. Penghitungan intensitas serangan dimulai saat gejala pertama dan selanjutnya diulangi dengan interval waktu 7 hari. Analisis data menggunakan Analisis varian (ANOVA) (α=0,05) dan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.

HASIL
            Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan yaitu sumber penambahan berbeda nyata terhadap prameter intensitas serangan layu. Hasil analisis rata-rata intensitas serangan layu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Intensitas Serangan Layu Bakteri Pada Tanaman Cabai Merah var Bhaskara
Perlakuan
Intensitas Serangan (%)
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hari ke-28
Filtrat daun sirih
27,30
32,16
36,52
43,40
Bubuk kayu manis
25,91
31,31
34,96
37,99
Daun siriht+kayu manis
20,62
24,76
27,77
31,63
Tanpa perlakuan
46,10
51,61
56,55
61,34

            Tabel 1 menunjukkan bahwa dari hari ke hari terjadi peningkatan intensitas serangan. Penambahan daun sirih dan kayu manis memberikan hasil terbaik sebagai ketahanan tanaman cabai terhadap serangan penyakit layu, dengan diperolehnya nilai intensitas paling kecil sedangkan tanpa perlakuan diperoleh intensitas serangan paling besar.

Grafik 1. Rata-rata Intensitas Serangan Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Cabai Merah

            Berdasarkan grafik diatas rata-rata intensitas serangan paling besar terjadi pada perlakuan D (kontrol) dan intensitas paling kecil pada perlakuan C (kombinasi).
Tabel 2. Hasil analisis ANOVA pengaruh sumber penambahan terhadap intensitas serangan penyakit layu
           
            Hasil ANOVA menunjukkan nilai F hitung sebesar 3,554. Nilai ini lebih besar dari F tabel (3,29) sehingga hasil percobaan ini signifikan, kemudian dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang paling baik.

Tabel 3. Hasil Uji  Duncan
            Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa penambahan yang menghasilkan intensitas serangan paling kecil adalah perlakuan 3 (filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis), kemudian perlakuan 2 (bubuk kayu manis), kemudian perlakuan 1 (filtrat daun sirih), dan yang paling besar intensitas serangannya adalah perlakuan 4 (kontrol).

PEMBAHASAN
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber penambahan berpengaruh terhadap intensitas serangan penyakit layu pada tanaman cabai var.bhaskara. Penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis memberikan intensitas serangan paling kecil, diikuti penambahan bubuk kayu manis, filtrat daun sirih, dan yang paling besar intensitas serangannya adalah kontrol (tanpa perlakuan). Untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit layu maka penambahan filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis pada media tanam memberikan hasil terbaik.
            Tanaman sirih termasuk dalam famili piperacea yang mengandung minyak atsiri  4,2%  dan fenol (Guenther, 1987) serta mengandung khavikol, diastase 0,8-1,8%, zat penyamak, gula, dan pati (Paath, 2005). Senyawa fenol bersifat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Fenol dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora, memutuskan ikatan peptidoglikan ketika menerobos dinding sel, menginaktif enzim esensial dalam tubuh mikroba meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah (Pelczar dan Chan., 1988), sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab layu pada tanaman cabai. Berdasarkan penelitian Achmad dan Ido., (2009) ekstrak daun sirih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Rhizoctonia penyebab penyakit rebah kecambah secara in vitro.
            Senyawa bioaktif kayu manis paling banyak pada kulitnya, kulit kayu manis mengandung minyak atsiri 1,5%, sinnamaldehid 75%, eugenol 10%, tannin, musin, dan pati (Stahl, 1985). Minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa eugenol, safrol, dan tannin (Dian, 2008). Minyak atsiri bersifat bakterisida, beberapa jenisnya dapat mengobati infeksi sehingga dapat menghambat bakteri patogen Escherisia colli, Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pasteurella (Widyarto, 2009).
            Mekanisme penghambatan oleh kayu manis tidak hanya dari minyak atsiri tetapi tannin memiliki mekanisme yang hampir sama dengan senyawa fenol, yaitu dapat merusak membran sel bakteri, menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim, mengkerutkan dinding sel atau membran sel, mempresipitasi protein, inaktivasi fungsi materi genetik. Pada dosis tertentu minyak atsiri mampu memperbaiki jaringan yang rusak (Guenther, 1987) dan  dapat digunakan untuk menghentikan meluasnya penyakit busuk mahkota pada tanaman anggrek dan penyakit tepung pada tanaman lain.
            Konsentrasi yang tinggi dan beberapa jenis senyawa bioaktif  pada kedua simplisia tersebut berkombinasi sehingga pada perlakuan C memberikan hasil terbaik. Kemudian diikuti oleh perlakuan B, dimana minyak atsiri dalam kayu manis selain bersifat bakterisida juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak, selanjutnya perlakuan A, dimana daun sirih mempunyai kandungan fenol yang tinggi sebagai bakterisida. Perlakuan D sebagai kontrol tanpa penambahan kedua simplisia menyebabkan tidak ada perlawanan terhadap bakteri sehingga intensitasnya serangannya tinggi.

SIMPULAN
            Daun sirih dan kulit kayu manis dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Perlakuan kombinasi filtrat daun sirih dan bubuk kayu manis memberikan hasil terbaik dalam ketahanan tanaman cabai merah terhadap serangan penyakit layu bakteri.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dan Ido. S. 2009. Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) terhadap Rhizoctonia sp. Secara in vitro. Buletin Littro. Vol. 20 No. 1, 2009, 92 – 98.
Baharudin, Nursaba., & T. Kuswinanti. 2005. Pengaruh Pemberian Pseudomonas fluorescens dan Efective Mikroorganism 4 (EM4) dalam menekan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum) Pada tanaman Cabai (Capsium annum L.). Prosiding seminar ilmiah sulawesi selatan ISBN 979-95025-6-7
Deptan. 2009. Transfer Prima Tani Kabupaten Tangerang. Diakses melalui http://banten.litbang.deptan.go.id/  (Online) diakses tanggal 11 Oktober 2012.
Dian, Monica. 2008. Pemisahan Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum) Secara Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitas Antijamur Terhadap Malassezia furfur in vitro. Penelitian Karya Tulis Ilmiah (Online) Semarang: UNDIP
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri. Jakarta:Universitas Indonesia Press
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Paath, J.M. 2005. Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat Dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11(1) 47-55
Semangun, H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: UGM press
Stahl. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Widyarto, A.N. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Keprok (citrus nobilis lour.) Terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli. Skripsi dipublikasikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

 



           
                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar